Check Our Latest Update

Soal Reading Bahasa Inggris Ujian Sekolah & VIERA / TOEIC Preparation - Volume 2

Direction: Choose the best answer to the questions Boy : What are you going to do after completing your study? Are you going to the unive...

Home Posts filed under Pembelajaran
Showing posts with label Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Pembelajaran. Show all posts

May 08, 2012

Pembelajaran Kelas Menggunakan Video

Pembelajaran Kelas Menggunakan Video

S
ebuah penelitian guru baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari 90% guru kelas telah menggunakan video secara efektif dalam pembelajaran dan telah membuktikan bahwa penggunaan video dalam pembelajaran kelas mampu menjadi pendukung kurikulum yang efektif dan dinamis. Sebagian besar dari mereka bahkan sering menggunakan video, dengan frekuensi rata-rata sekali setiap minggu.

A. Manfaat Video Dalam Pembelajaran:

Mengapa video semakin sering digunakan dalam pembelajaran? Tujuannya adalah agar para guru sebagai pendidik salah satunya adalah membuat siswa merasa bersemangat dan terlibat dalam pengalaman belajar praktis. Video merupakan sebuah media pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kemampuan video dalam melibatkan penglihatan dan pendengaran menjadikannya media yang sangat tepat bagi pelajar yang berkarakteristik pembelajar visual atau auditorial. Video juga mampu menangkap dan melibatkan emosi positif yang dapat merangsang gairah belajar siswa. Video merupakan sarana belajar yang efektif dan inovatif bagi para guru dalam menjelaskan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran.

Bayangkan suasana kelas dimana siswa dapat secara langsung mendengarkan suara jeritan spesies satwa yang hampir punah, sekaligus melihat warna tubuh mereka, atau mendengar suara binatang yang hanya hidup jauh di alam liar di belahan bumi yang lain. Bayangkan juga pembelajaran yang melibatkan suara asli para tokoh terkenal dari masa lampau, tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah, tokoh-tokoh politik, dan orang-orang terkenal lainnya yang hidup berabad-abad yang silam. Begitu pula pembelajaran tentang hukum gerak, suara, serta perpindahan energi akan menjadi lebih menyenangkan jika guru menayangkan film video peluncuran pesawat ulang-alik dalam perjalanannya menuju ke angkasa luar. Dalam mempelajari kebudayaan, siswa akan dapat lebih mudah memahami perbedaan budaya masyarakat yang tinggal di belahan dunia lainnya jika mereka melihatnya secara langsung pada lingkungan mereka sendiri, sekaligus mendengarkan nyanyian mereka, mengamati ritual-ritual kepercayaan mereka. Dengan bimbingan guru dan penyajian yang tepat, video mampu memberikan pengalaman indrawi yang menjadikan konsep mudah untuk dirasakan secara nyata dan dipahami.

Pengalaman membuktikan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam pembelajaran, semakin interaktif pembelajaran di kelas, maka semakin besar pula ketertarikan dan daya serap siswa terhadap pelajaran. Akan semakin banyak hal-hal yang bisa dipelajari dan diingat oleh siswa. Sebagai media yang sangat fleksibel, video bisa menjadi sarana pembelajaran interaktif. Video memungkinkan untuk dihentikan, dimulai, atau diulang kapanpun dibutuhkan. Anda bisa menghentikan tayangan video lalu meminta siswa untuk memprediksi hasil atau akibat dari suatu hal, atau mendiskusikan, atau berdebat tentang suatu referensi sejarah. Anda bisa memutar ulang suatu bagian tertentu dari tayangan video untuk menambahkan suatu penjelasan atau memutar bagian tersebut dalam gerakan lambat untuk memastikan bahwa siswa memahami suatu konsep penting. Di samping itu, pembelajaran dengan video akan menjadi semakin interaktif dengan cara menirukan kegiatan dalam film, workshop, demonstrasi serta eksperimen di dalam lingkungan kelas.


B. Pembelajaran Dengan Menggunakan Video Secara Efektif

Suatu riset baru-baru ini menunjukkan bahwa cara paling efektif dalam menggunakan video untuk pembelajaran adalah sebagai peningkatan kualitas pembelajaran atau suatu unit pembelajaran. Video sebaiknya digunakan sebagai suatu elemen pembelajaran bersama dengan sumber atau bahan pembelajaran lainnya yang anda miliki. Dalam mengajar suatu topik, penggunaan video di dalam kelas harus dipersiapkan dengan baik sebagaimana media pembelajaran atau alat peraga lainnya. Tujuan pembelajaran khusus harus ditentukan, begitu juga langkah-langkah pembelajaran serta kegiatan pemantapan harus direncanakan dengan baik. Yang tidak kalah pentingnya adalah semua video yang akan dipergunakan dalam pembelajaran harus dikaji dulu oleh guru, agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

April 29, 2011

The Most Common Questions in Psycholinguistics

Language acquisition and how to answer the most common questions in psycholinguistics
1. What is the difference between language acquisition and language learning?

Language acquisition is the process of acquiring a language in a natural situation instead of a formal-classroom. The situation is similar to that in which the native language is learned. The language is experienced in conjunction with the objects, situations, and events of everyday life. Children’s ability in language acquisition is considered to be better than adults’. Example: Children’s acquisition of a first language, native language, or mother tongue.

Language learning is the process of learning a formal and standard language through formal-classroom teaching. Unlike in language acquisition, adults’ ability in language learning is better than children’s. Example: Learning a second language or a foreign language at schools.


2. What factors can influence people in second-language acquisition and learning?

a. Psychological factors;
i. The intellectual process (our mind affects the speed of learning), which is involved in the determination of grammatical structures and rules. Learning second-language rules and structures can be done in two ways, i.e.; explication, and induction.

ii. Memory, which is essential for learning to occur. The learning of even the simplest words requires memory.

iii. Motor skills, which involve the use of the articulators of speech (tongue, lips, vocal, etc.). Good pronunciation, which is related to the ability to control the organs of speech, is clearly an essential part of learning a foreign language.

b. Social factors, which include situations, settings, and interactions.
i. Learning in a natural setting / natural situation. The language is experienced in conjunctions with the objects, situations and events of everyday life. Children have been known to learn better and faster than adults in this situation, because they are not afraid of making mistakes, and they receive more exposure compared to adults. Their speech organs are still flexible. Examples: A child of four years who lives with his parents in an English-speaking country, or a TKW who learns the Arabic during her employment in Saudi Arabia.

ii. Learning in the classroom. The classroom for second-language learning is planned, and the situation is artificial. In general, adults learn better than children in this situation. Adults can concentrate and pay attention better than children. Examples; Students who learn a second or foreign language at schools.


3. Which is better, learning a second language in actual settings or in a classroom?

The answer depends much on the learners’ psychological factors. Actual settings, in which there is more induction, will be more effective than classroom situations when teaching a second language to young children due to children’s psychological characteristics in learning a language. Children learn faster and better than adults in this situation. They are not afraid of making mistakes, and their speech organs are still flexible.

Classroom teaching is more effective when applied to adults due to their ability in reasoning, concentrating, and paying attention to verbal explanation (explication), especially when teaching a standard language which involves lots of grammatical structures and rules such as in schools or universities.

As for the English-language teaching in our country, since it is quite difficult to find an actual situation, which is really as actual as that in an English-speaking country, teachers are advised to create a natural situation in a classroom by emphasizing on the role of story, role play, puppet activity, model-making and so on. Having a very important role, teachers’ basic competence in the language and in teaching methodology is undoubtedly essential.


4. What factors bring failure in learning English as a foreign language in Indonesia?

a. The education system in Indonesia which still emphasizes on the accomplishment of curriculum rather than students' competence.

b. Classes, which usually consist of more than 40 students, are too big to teach.

c. Unavailability of proper, adequate and sufficient materials, such as books, or language laboratory and other visual aids.

d. Teachers’ incompetence and lack of commitment in teaching.

e. The applied teaching methods are inadequate and out-of-date.

f. Students’ motivation is usually low. This has to do with parents’ role in motivating their children, which is sometimes low.


5. What is the difference between a second language and a foreign language?

A second language is a language that is acquired after the first.
Example; Indonesian children’s second language is mostly the Indonesian language, which is learned and acquired after the first language, - their mother tongue.

A foreign language is a language that comes from another country and is not spoken as a native language by the native people.
Example: English, Japanese, French, and German are foreign languages in Indonesia.

June 22, 2010

English Teachers = Salespeople

English Teachers are Salespeople
P
ara guru bahasa Inggris seringkali menghadapi kendala berupa minimnya minat siswa dalam belajar dan menerapkan keahlian berbahasa Inggris. Banyak siswa yang enggan dan malu ketika mereka diminta untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris. Alasan mereka beragam, tapi umumnya adalah adanya perasaan malu dan takut salah. Mungkin tidak berlebihan jika saya menyamakan posisi siswa yang demikian dengan seorang calon pembeli yang enggan membeli suatu produk. Dalam hal ini, posisi guru bahasa Inggris mirip dengan seorang salesman. Mereka harus membuat siswa "membeli" dan mau menggunakan "produk: yang mereka pasarkan, yaitu bahasa Inggris. Pertanyaannya adalah bagaimana seorang guru bahasa Inggris bisa menerapkan strategi seorang salesman saat mengajar? Tujuannya adalah untuk mendorong atau memotivasi siswa agar bersedia memakai "produk yang dijual", yaitu bahasa Inggris?

Layaknya seorang salesman, guru bahasa Inggris memberikan informasi dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Keduanya harus membuat orang lain percaya terhadap manfaat “produk” kita dan bersedia membeli atau memakainya.

Guru bahasa Inggris dituntut untuk selalu menggunakan bahasa Inggris di depan para siswanya. Dia harus mampu menunjukkan bahwa pemakaian yang benar, mudah, dan aman agar calon pembeli tidak berpikir bahwa produk yang kita jual sulit dan bahkan tidak aman untuk digunakan bagi mereka. Seorang salesman harus memberikan pengalaman visual yang menyenangkan agar calon customer tergerak hatinya untuk membeli produk kita. Singkatnya, calon customer harus percaya terhadap manfaat produk kita.

Persoalannya adalah sudahkah kita, para guru Bahasa Inggris, bertindak sebagaimana seorang salesman dalam menawarkan dan menjual produknya? Apakah kita selalu menggunakan bahasa Inggris di lingkungan sekolah, terlebih di ruangan kelas, agar menjadi teladan yang bisa ditiru oleh murid-murid kita? Sudahkah kita menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, yang dapat membantu siswa dalam membangun rasa percaya diri mereka untuk selalu menggunakan bahasa Inggris? Dan sudahkah kita menanamkan pentingnya “produk” kita, yaitu penguasaan bahasa Inggris, di era informasi global ini?

Salah satu penghambat dalam penguasaan bahasa Inggris secara aktif adalah adanya paradigma yang salah bahwa bahasa Inggris hanya bisa dipelajari dan hanya pantas digunakan dalam ruang kelas. Sebagai suatu life-skill, kemampuan berbahasa Inggris harus selalu diasah agar selalu “tajam”. Tidak salah jika banyak yang menggambarkannya dengan ungkapan “It’s just a matter of practice.” Bahwa penguasaan bahasa Inggris sangat tergantung pada latihan. Dengan menggunakan bahasa Inggris dimanapun dan kapanpun, secara tidak langsung guru telah memberikan pengalaman belajar yang berharga, bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang juga bisa dipakai dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, tanpa harus berinteraksi dengan orang asing.

Terkait perlakuan guru kepada murid, ada satu hal yang perlu kita perhatikan. Seringkali saya mendengar keluhan atau pengaduan siswa, bahwa mereka takut melakukan kesalahan dalam berbahasa Inggris, karena takut dihukum atau mendapat sanksi dari guru mereka. Inilah dampak negatif hukuman bagi seseorang yang sedang belajar. Mereka bisa merasa jera dan enggan belajar lagi. Dampak terburuk adalah jika siswa yang bersangkutan merasa putus asa dan trauma dengan bahasa Inggris. Padahal, saat kita belajar berjalan sewaktu masih bayi, atau belajar bersepeda ketika mulai menginjak dewasa, adakah hukuman yang diberikan kepada kita jika kita jatuh? Lalu haruskah kita menghukum atau melontarkan kata-kata yang tidak menyenangkan jika mereka melakukan kesalahan dalam menjawab atau mengucapkan sesuatu hal yang baru bagi mereka? Saya pernah membaca dalam suatu artikel, bahwa beban psikologis terbesar yang dialami oleh murid sekolah bukanlah berasal dari tugas-tugas maupun pekerjaan rumah, melainkan dari perlakuan maupun perkataan guru-guru mereka sendiri. Ungkapan People can reach their full potentials only if they are happy with themselves” patut kita renungkan. Siswa yang berhasil memaksimalkan potensi mereka adalah siswa yang senang dan bahagia dengan keadaannya. Kita harus memahami bahwa setiap individu siswa tercipta dengan kemampuan yang berbeda. Tugas kita sebagai guru adalah membawa kemampuan tersebut ke titik tertinggi sesuai dengan kapasitas dan potensi masing-masing siswa. Kita harus membantu siswa agar mereka memiliki rasa percaya diri untuk berbahasa Inggris. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, yang akan membuat siswa menyukai bahasa Inggris sekaligus merasa dihargai sebagai suatu individu. Suasana belajar yang demikian pada gilirannya akan dapat menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa terhadap bahasa Inggris.

Demi keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris, guru juga harus mampu meyakinkan siswa bahwa penguasaan bahasa Inggris adalah suatu hal yang mutlak dibutuhkan dalam hubungan internasional di masa sekarang. Paradigma lama bahwa bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dipelajari hanya untuk gengsi atau status sosial telah hilang seiring perkembangan jaman, dan tergeser dengan munculnya paradigma baru, bahwa bahasa Inggris adalah alat yang sangat dibutuhkan dalam komunikasi internasional. Suka maupun tidak suka, bahasa Inggris adalah suatu aspek yang tidak terpisahkan dalam rutinitas bisnis di era sekarang, khususnya di bidang ekspor-impor. Sebagai pengajar bahasa Inggris, kita harus tanggap dan responsif terhadap fenomena tersebut. Selama kita menganggap Bahasa Inggris adalah bahasa asing, maka selama itu pula siswa kita cenderung merasa “asing” dengan bahasa tersebut.

Demikianlah sepenggal catatan yang bisa menjadi bahan renungan bagi rekan-rekan guru bahasa Inggris di Indonesia, termasuk saya pribadi. Semoga catatan kecil ini bisa memberi sedikit pencerahan dalam cara pandang kita sebagai guru, sehingga dapat membawa dampak positif bagi pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia tercinta.

June 15, 2010

WordWeb - Kamus Bahasa Inggris & Thesaurus Gratis dan Praktis

WordWeb - Kamus Bahasa Inggris dan Thesaurus Gratis

A
pa yang terbayang dipikiran kita saat mendengar kata "kamus" atau "thesaurus"? Suatu buku yang tebal berisi kata-kata dengan huruf berukuran kecil, dimana kita harus membalik halaman demi halaman untuk mendapatkan kata yang kita cari? Untuk kamus dan thesaurus klasik, bayangan kita tentu saja benar. Tapi sudahkah anda tahu tentang "WordWeb"?

WordWeb adalah sebuah kamus sekaligus thesaurus elektronik yang sangat mudah dan praktis untuk digunakan dan dijalankan dalam komputer kita. Saat kita mengerjakan tugas bahasa Inggris dan mengetiknya dalam komputer, atau hanya sedang membaca artikel berbahasa Inggris di komputer, pasti kita sering menjumpai kata-kata yang sulit atau asing.Sedangkan untuk membuka halaman-halaman kamus cukup memakan waktu. Nah, itulah saat yang tepat bagi kita untuk menggunakan kamus elektronik ini.

Keunggulan WordWeb
Mengapa harus WordWeb? Apakah tidak ada aplikasi serupa yang bisa menjadi pilihan? Penulis sudah mencoba bersikap obyektif dan membandingkan beberapa aplikasi sejenis, yang kebanyakan merupakan aplikasi berbayar, serta ada pula yang mengharuskan komputer terhubung dengan internet untuk bisa menggunakan kamus tersebut. Disinilah letak keunggulan WordWeb:

  1. WordWeb adalah aplikasi gratis. Tidak sepeserpun uang harus kita keluarkan untuk mengunduh dan menginstall aplikasi milik WordWeb Software tersebut, selain biaya internet tentu saja. Kita bebas mendownload aplikasi tersebut di http://wordweb.info/cgi-bin/geoip/wordweb.exe
  2. Freeware ini memiliki kamus dan thesaurus lengkap dalam American English, BritishEnglish, Canadian English, Australian English, Indian, dan global English. Meskipun gratis, WordWeb benar-benar fungsional dan bukan berupa "Trial Version" yang akan habis masa berlakunya setelah jangka waktu tertentu. Untuk menggunakan WordWeb, kita harus memenuhi beberapa licensing conditions yang tidak rumit. Jika tidak puas dengan free version, pengguna bisa membeli versi berbayar, yaitu WordWeb Pro, dengan keistimewaan berupa lengkapnya fitur-fitur yang ada.
  3. WordWeb sangat praktis digunakan. Cukup dengan 1 klik saja, kita sudah bisa mengaktifkan kamus dan thesaurus bahasa Inggris yang bisa digunakan untuk menemukan arti kata-kata bahasa Inggris hampir di semua program milik Windows.
  4. WordWeb bisa digunakan secara off-line, tanpa harus terhubung dengan internet. Secara on-line, WordWeb juga bisa digunakan untuk menemukan arti kata-kata di situs-situs seperti Wikipedia encyclopedia.
  5. Untuk free version, fitur-fitur yang tersedia mencakup:
    • Definisi dan synonym
    • Kata-kata terkait
    • 5000 pengucapan audio
    • 65 000 pengucapan text
    • 150 000 kata dasar
    • 120 000 pasang synonym
    • Pencarian arti kata di hampir seluruh program windows

Versi berbayar (WordWeb Pro 6) menyediakan seluruh fitur-fitur di atas, yang ditambah dengan:

  • 70 000 pengucapan audio
  • Referensi kata di internet
  • Custom glossaries
  • Kamus pendukung (opsional), yaitu Oxford dan Chambers Dictionaries.
  • Pencarian kata secara acak atau "wildcard"
  • Pencarian definisi full-teks
  • Pencarian dan pemecahan anagram (kata dengan huruf acak)
  • Pencarian daftar kata opsional

Dibanding aplikasi sejenis lainnya, ukuran file WordWeb.exe cukup kecil, yaitu 7.41mb, dan ukuran setelah diinstall hanya 12,9mb. Dengan fitur dan kinerja yang bagus, WordWeb dipastikan tidak akan memakan banyak kapasitas hard-disk atau memory komputer kita. Proses instalasi sebagai suatu freeware juga cepat tanpa harus mengunduh file-file instalasi dari internet.

Dengan fitur-fitur dan semua keunggulan di atas, penulis merekomendasikan aplikasi ini kepada para pelajar maupun guru bahasa Inggris dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi. Tidak banyak aplikasi kamus bahasa Inggris atau thesaurus gratis yang "mau" menyediakan fitur-fitur selengkap dan sepraktis WordWeb.

Sebagai seorang guru bahasa Inggris, penulis sering diharuskan membuat soal-soal antonym atau synonym, dan WordWeb sangat membantu pekerjaan tersebut karena bisa berfungsi sebagai thesaurus. Sedangkan untuk pelajar, kamus elektronik seperti WordWeb pasti amat dibutuhkan dalam era pembelajaran multi-media seperti sekarang. Selamat mencoba dengan mengunduh aplikasi Wordweb secara gratis dari tautan di bawah ini.

More Info: http://wordweb.info/free/

November 19, 2008

The First SMK English Teachers' Colloquium in Probolinggo

The First SMK English Teachers' Colloquium in ProbolinggoOur first local colloquium took place last Saturday, November 15 in the computer laboratory of SMKN 1 Probolinggo. Attended by 13 teachers, the meeting, which was actually an MGMP meeting, lasted for about three hours, starting from 09:30 a.m. to 12:30 pm. About 5-10 other teachers who had been invited could not attend the meeting due to several reasons.

During the occasion, I had a chance to pass some of the important information that I had got from the 2nd MET Colloquium in Jakarta last August. Among those was the Internet-Based TOEIC Test on Speaking and Writing about which my colleagues in Probolinggo were completely uninformed. It was quite surprising for me to find that none of them knew or had heard about such test before. Unfortunately, I couldn’t come to them with something to read or see since it was not our main agenda of the meeting. (We hadn’t had the Examinee Handbook and other necessary data copied). However, I promised them that I would provide the forum with more information about the test in our next meeting.

The other thing, which was the main agenda of the meeting, was a brief workshop on Hot Potatoes. Though some of them, especially the ladies, seemed to have a rather hard time with computers, my colleagues were quite enthusiastic about the program. Despite the use of LCD, I had to run and move here and there many times to assist them with their work. But I enjoyed it. Let’s consider it a form of physical exercise for me.

The reason for the agenda was that we felt it was quite necessary to introduce computer-based tests to our students, and to vary the teaching methods that we apply from time to time by making use of any available teaching-learning media including computer. Based on my own experience, if presented correctly, a test or quiz in such a computerized form as Hot Potatotes files can be fun and enjoyable to the students. It can be a new and constructive learning experience which, in turn, will nurture and help maintain their motivation in learning.

I was quite happy to be able to share what I know and to pass necessary information to my colleagues in Probolinggo and I really appreciate their willingness to learn. I feel grateful for SMKN 1 Probolinggo, especially the headmaster (though he seemed to be unsupportive at first) and my colleagues and friends there (for their help from the very beginning), for allowing English MGMP teachers to use the computer lab. I should also thank Mr. Gumawang Jati from Bandung Talent Source for his kindness to share his paid ‘Hot Potatoes’ software with us teachers. Well, it’s clearly not for nothing, sir.

Above all, I should extend my heartfelt gratitude to Ms. Jenny Lee, Mr. Victor Chan and everyone in ITC Jakarta for their effort in upgrading English teachers through Master English Teachers’ Colloquium program. Speaking in a broader context, I believe that all your work and effort will bear its fruit and add a color of value to the English language teaching in Indonesia. God bless you all.

Last but not least, I hope my MET colleagues will share their experience here. We would like to hear from you all because I’m sure there must be something that we can learn from you. You are all such great and wonderful people I can never forget the moments that I shared with you. Keep in touch and keep sharing, Masters.