Check Our Latest Update

Soal Reading Bahasa Inggris Ujian Sekolah & VIERA / TOEIC Preparation - Volume 2

Direction: Choose the best answer to the questions Boy : What are you going to do after completing your study? Are you going to the unive...

Home All posts

June 16, 2011

Tari Tepuk - A New Dance for Kids in Preschools & Kindergartens

Many people may not have heard about Tari Tepuk or Clap Dance for kids. The dance, which is specially intended to be performed by kids in preschools and kindergartens, was created in March 2009. However, most kindergartens and preschools in Probolinggo have introduced and taught this dance to their students.

Having simple moves and approximately 5-8 minutes' duration, the dance can be easily performed by kids aged about 5 years. As the name suggests, Tari Tepuk mainly consists of hand-claps, which is one of the most frequent and the most preferred activities among kids. This dance was created to help TK (Kindergartens) and RA (Preschools) train and develop children's motor skills, both gross and fine motor skills. The creators believe that this dance can help balance children's right and left brain abilities.

Tari Tepuk was introduced for the first time in public during the celebration of National Kids' Day in Kraksaan park (Alun-alun Kraksaan), Probolinggo, on Monday 15 June 2009. There were as many as 783 kindergarten and preschool children from Probolinggo regency performing the new dance.

Sugeng Suprisayoga from Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, who is also one of the creators of Tari Tepuk, stated that Tari Tepuk was born in March 2009 from the brilliant ideas of Probolinggo artists and Bina Tari Bayu Kencana Kota Probolinggo led by Peny Priyono.

For the background music, Tari Tepuk uses traditional musical instruments which are very popular in Probolinggo such as hadrah, glipang and the gamelans. There is no specific costume associated with Tari Tepuk, allowing a wide area of creativity in designing the dancers' costumes for schools to explore.

The above video was taken during the farewell party in PAUD (preschool) Tunas Mulia, Perum Probolinggo Indah/Asabri, Probolinggo yesterday (Wednesday, 15 June 2011).  In the video, my beloved 4.5-year-old daughter, Jauzaa Alya Neuvarialda, who will be entering kindergarten soon, was dancing in the front row. She is the tallest and, I think, the most active of the four young dancers. In my opinion, she's probably the most beautiful.

May 11, 2011

NKRI Sesat? Pancasila Thaghut?

Demokrasi Pancasila, Pancasila sebagai Dasar Negara, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sesuai dan selaras dengan Islam dan tidak bertentangan dengan syariat Islam"Pancasila adalah Thaghut. Menyatakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah musyrik, benar-benar musyrik yang nyata!!! Jika seorang Muslim Indonesia mengakuinya, janganlah sebut dirinya lagi sebagai orang Islam lagi, karena jika ia menyatakannya dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, maka jelas akan mengeluarkannya dari aqidah Islam."

Begitulah bunyi paragraf terakhir yang saya kutip dari sebuah website anti-Pancasila, anti-NKRI. Astaghfirullah .... Sudah seperti inikah anggapan dan penilaian sebagian umat Islam di negeri ini? Apakah mereka tidak mempelajari sejarah bangsa sehingga mereka tidak tahu bahwa sebagian besar pencetus kelahiran Republik Indonesia serta dasar negara adalah para ulama? Atau, apakah mereka juga beranggapan bahwa para ulama Bapak pendiri negara adalah golongan kaum musyrikin juga?

Ada baiknya, mari kita pahami definisi dari 'dasar negara' serta 'thaghut'. Dasar Negara adalah fundamen yang kokoh dan kuat serta bersumber dari pandangan hidup atau falsafah (cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Indonesia) yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan 'Thaghut' adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya dalam melawan perintah Allah.

Sudah jelas bahwa Pancasila sudah merupakan dasar yang kokoh dan kuat, yang bersumber dari pandangan hidup atau falsafah yang merupakan cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Indonesia. Pancasila juga bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, dari Sabang sampai Merauke. Sekarang, pertanyaannya adalah "Apakah Pancasila adalah sesuatu yang kita sembah-sembah dalam beribadah?" atau "Apakah Pancasila mengajak kita untuk melawan perintah Allah?"

Dari 45 Butir-butir Pancasila, tidak ada satupun yang bertentangan dengan ajaran Islam serta teladan akhlak Rasulullah SAW. Bahkan keindahan ahlak Rasulullah Muhammad SAW seolah tercermin di sana. Jika masih terdapat penyimpangan dalam berbagai sendi kehidupan bernegara, maka bukan dasar negara yang harus diganti, melainkan implementasi nilai-nilai Pancasila itulah yang harus diperhatikan. Pelanggaran atau penyimpangan dalam pemerintahan terjadi jika oknum pemerintah tidak memiliki sifat amanah serta melupakan nilai-nilai agama serta Pancasila dalam melaksanakan tugasnya. Lantas, kenapa ada yang mengatakan bahwa Pancasila adalah thaghut? Heran .... Sama herannya ketika misal, ada seorang Muslim bergelar Haji melakukan kemaksiatan, lantas orang sekitar ramai-ramai menyalahkan agama Islam atau ibadah haji. Lucu bukan?

Tentang gerakan anti-Pancasila yang mengatas-namakan Islam, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Asad Said Ali, mengatakan, bentuk dakwah yang harus diwaspadai dan dipantau adalah yang anti-Pancasila. ''Kalau dakwah yang mengajarkan terorisme, apakah itu tidak anti-Pancasila?" ujar Asad di sela bedah buku 'Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan Berbangsa'.

Banyak para ulama di seluruh Indonesia yang mengajak seluruh umat Islam menolak ajaran atau aliran yang hendak mengganti dasar negara Pancasila dan UUD 1945 serta meminta aparat penegak hukum mengambil tindakan tegas terhdap kelompok atau aliran yang mengajarkan tindakan kekerasan yang mengatasnamakan jihad dalam membela agama Islam.

Para penentang NKRI dan Pancasila secara umum tidak menyetujui Pancasila sebagai dasar negara karena mereka menganggapnya sebagai kesyirikan. Mereka berpendapat bahwa NKRI seharusnya berbentuk negara "khilafah". Tentang khilafah, berikut saya kutip point-point penting fatwa Mufti Mesir Syeikh Ali Jum'ah:
  1. Sejarah Khilafah Islamiyah membuktikan bahwa Khilafah bukanlah bentuk paten, dalam artian terbuka ruang ijtihad di sana. Misalnya Sayyidina Umarlah yang pertama kali membuat sistem Dawawin (semacam lembaga yudikatif negara); Khilafah Umawiyahlah yang pertama kali mencetak mata uang resmi negara, pengaturan sistem pertahanan dalam negeri , memisahkan sistem qadla' dan sistem politik dari pertahanan.
  2. Islam menjamin hak-hak politik misalnya : pemilihan pemimpin negara dengan rela, yakni yang disebut sebagai bai'at dalam turats klasik; partisipasi semua warga negara yakni yang disebut sebagai syura, pengangkatan jabatan politik di pemerintahan dan organisasi negara; amar ma'ruf nahi munkar.
  3. Islam memandang arti dari sebuah sistem bukan simbolnya.
  4. Demokrasi adalah inti dari Islam (min shamim al-islam). Islam mengaspirasi suara rakyat untuk memilih pemimpin negara yang disukai
  5. Rasulullah sempat mengamalkan sistem pertahanan bangsa Persia dalam perang Khandaq, penggunaan cap resmi dalam surat menyurat seperti kebiasaan raja-raja, Sayyidina Umar meniru sistem pajak negara.
  6. Tak ada pertentangan antara hukum Allah dan hukum manusia karena ijtihad manusia dalam hal yang tak dinash sama sekali tak dilarang.
  7. Penggunaan kata-kata Demokrasi tidak dilarang dalam Islam karena Islam memandang substansi bukan simbol.
  8. Demokrasi harus terus diperbaiki sistemnya sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat dan diselaraskan dengan Islam.
  9. Demokrasi yang tak melanggar nilai-nilai paten agama adalah inti dari Islam.
  10. Haram mengatakan bahwa demokrasi adalah sistem kafir dan thaghut karena demokrasi sesuai dengan Islam
Dengan demikian Demokrasi Pancasila, Pancasila sebagai Dasar Negara, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia telah selaras dengan syariat Islam. Pancasila bukanlah berhala yang kita sembah, bukanlah Thaghut yang mengajarkan kesesatan kepada kita. Pancasila adalah dasar dan sumber hukum yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. NKRI bukanlah negara sesat, bukan negara Thaghut, karena nilai-nilai agama, terutama Islam, masih menjadi pegangan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Kebebasan beribadah pun dilindungi oleh pemerintah. So, ... Pancasila TIDAK PERLU diganti. NKRI Harga Mati!

Semoga tulisan saya yang semata-mata bertujuan untuk mempertahankan negara yang saya cintai ini merupakan suatu bentuk ibadah di sisi Allah. Dan semoga Allah menerima dan meridhai semua amal ibadah kita, sehingga kita tidak tergolong hamba-hambaNya yang kafir. Amin.
Setiap orang yang mengkafirkan seorang Muslimin, maka dia yang kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang artinya : “Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka sesungguhnya salah seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang kafir”.

Updated November 11, 2011.

May 07, 2011

Word Formation - Prefixes

Very often when we are reading, we come across unfamiliar words. We have to stop reading for a few seconds to figure out the intended meaning of the words. Don't worry. It is often possible to guess the meanings of these words if we understand how words in English are usually formed.
An English word can be divided into three parts: a prefix, a stem, and a suffix. However, let's concentrate on prefixes in this post. Pre – means ‘before’. A prefix, therefore, is what comes before the stem. Let's take as an example, the prefix de – , which means ‘reduce’ or ‘reverse’, in a word like demagnetize (meaning ‘to deprive of magnetism’). Prefixes generally change the meaning of the word. For example, un – changes a word to the negative. Unmagnetizable means ‘not capable of being magnetized’.


Let us now consider some prefixes, their usual meanings, and how they change the meanings of English words.

1.  NEGATIVE PREFIXES:
    Negative prefixes can mean:
    • Not: un-, in-, im-, il-, ir-. E.g.: Unmagnetized, Incomplete, Impossible, Illegal, Irregular, Irrelevant
    • Not connected with: non-. E.g.: Non-programmable.
    • Bad, wrong: mis-, mal-. E.g.: Misdirect, Miscalculate, malfunction.
    • Opposite feeling/action: dis-. E.g.: Dislike, Disagree, Dismantle, Disconnect.
    • Against: anti-. E.g.: Antiglare, Antitank.
    • Reduce, reverse: de-. E.g.: Demoralize, Demagnetize, Decode.
    • Too little: under-. E.g.: Underestimate. 

    2.  POSITIVE PREFIXES.
      Positive prefixes can mean:
      • Do again: re-. E.g.: Reorganize, Recycle.
      • Too much: over-. E.g.: Overload.
      •  
      3.  PREFIXES OF SIZE.
        Prefixes of size can mean:
        • Half, partly: semi-. E.g.: Semiconductor.
        • Equal: equi-. E.g.: Equidistant.
        • Small: mini-. E.g.: Minicomputer.
        • Very small: micro-. E.g.: Microorganism.
        • Large, great: macro-, mega-. E.g.: Macroeconomics, Megabyte.
        •  
        4.  PREFIXES OF LOCATION.
          Prefixes of location can mean:
          • Between, among: inter-. E.g.: Interface, Interactive.
          • Within: intra-. E.g.: Intramural.
          • Over: super-. E.g.: Supersonic.
          • Across: trans-. E.g.: Transmit, Transfer.
          • Out: ex-. E.g.: Exclude, Extrinsic.
          • Beyond: extra-. E.g.: Extraordinary.
          • Under: sub-. E.g.: Subordinate.
          • Below: infra-. E.g.: Infrared.
          • Around: peri-, circum-. E.g.: Peripheral, Circumstance.
          • Beside: para-. E.g.: Parameter.
          •  
          5.  PREFIXES OF TIME AND ORDER.
            Prefixes of time and order can mean:
            • Before: ante-, pre-, fore-. E.g.: Antecedent, Prefix, Forehead.
            • First: prime-. E.g.: Primary, Primitive.
            • After: post-. E.g.: Postgraduate.
            • Backward: retro-. E.g.: Retroactive.

            6.  PREFIXES OF NUMBERS.
              Prefixes of numbers can mean:
              • Half, part: semi-. E.g.: Semicircle.
              • One: mono-. E.g.: Monochromatic.
              • Two: bi-. E.g.: Binary.
              • Three: tri-. E.g.: Triangle..
              • Four: quad-. E.g.: Quadruple.
              • Five: penta-. E.g.: Pentagon.
              • Six: hex-. E.g.: Hexagon.
              • Seven: sept(em). E.g.: September
              • Eight: oct-. E.g.: Octal.
              • Ten: dec-. E.g.: Decimal.
              • Many: multi-, poly-. E.g.: Multitasking, Polyphonic.
              •  
              7.  OTHER PREFIXES.
                Other prefixes can mean:
                • Before, in advance, forward: pro-. E.g.: Program, Progress.
                • Self: auto-. E.g.: Automatic.
                • Life: bio-. E.g.: Biography.
                • Extremely: ultra-. E.g.: Ultraviolet.
                • Cause to be: en-, em-. E.g.: Encourage, Empower.
                • Together, with: co-, con-, intro-. E.g.: Coordinate, Conjunction, Introduce.
                • False: pseudo-. E.g.: Pseudonym.
                • Opposing: counter-, contra-. E.g.: Counterattack, Contradict.
                •  

                May 05, 2011

                Utamakan Pandangan Allah

                Pada suatu pagi kira-kira di tahun 2007, seperti biasa mentari bersinar cerah menyapa rerimbunan daun pepohonan yang terdiam lesu dalam dinginnya pagi. Kicau burung terdengar ramai, terbawa oleh semilir angin pagi yang lembut, membuat suasana pagi terasa lebih sejuk dan alami. Begitu indah pagi ini, pikirku seraya melangkahkan kaki meninggalkan mesjid tempat aku biasa menunaikan shalat dhuha pada jam istirahat pertama.

                Sudah menjadi kebiasaanku waktu itu, aku segera menuju kantin di halaman depan mesjid untuk sekedar menghabiskan 1 batang rokok ditemani segelas kopi panas, sambil menghabiskan waktu istirahat. Tak ingin kehilangan banyak waktu sebelum waktu istirahat habis, aku melangkah dengan sedikit bergegas di antara rombongan murid yang berlalu-lalang.

                Di kantin, sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal dengan seorang sahabat, aku memperhatikan berbagai macam orang yang berada di halaman mesjid, mulai dari murid-murid PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga bapak dan ibu-ibu yang ingin menjemput atau menemui anaknya yang sedang menuntut ilmu di kompleks sekolah tempat aku mengajar. Kebanyakan dari siswa-siswi sedang membeli jajanan pengisi perut setelah menunaikan shalat dhuha.

                Di depan kantin, aku melihat seorang wanita muda sedang berdiri sambil sesekali melihat ke sekeliling. Dia tampak gelisah, mungkin sedang menunggu seseorang. Sesekali dia tampak sibuk dengan telpon genggamnya. Rambutnya yang sebagian dicat agak pirang tampak berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Pakaian yang cukup modis ketat membalut tubuhnya, menampakkan hampir seluruh lekuk tubuhnya yang langsing dan tampak terawat kepada setiap mata yang memandang. Tak lama kemudian, dia melangkah pergi entah ke mana.

                Beberapa saat kemudian, seorang wanita berjilbab tampak berjalan di antara kerumunan orang. Sebelah tangannya mendekap sejumlah buku ke dadanya. Dari penampilannya, aku menduga bahwa dia kemungkinan besar adalah seorang pengajar di TPQ masjid. Dan yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang adalah, wanita itu memiliki kelainan fisik. Astaghfirullahaladzim .... Kakinya amat pendek, terlalu pendek bagi ukuran wanita seusianya, sehingga tinggi tubuhnya tidak lebih dari pinggang orang dewasa. Namun, kedamaian tampak jelas terpancar dari wajahnya. Kedamaian yang insya Allah bersumber dari keikhlasannya menerima takdir Allah serta dari keyakinannya untuk bisa membawa manfaat bagi orang lain. Dan saya kagum kepadanya.

                Saudara-saudaraku, mari kita renungkan kedua perbandingan di atas. Saya tidak mau ber-suudzon terhadap wanita yang pertama. Namun jelas, apapun yang dia lakukan, kesempurnaan kondisi fisik tetap saja tidak mampu melepaskan dirinya dari kegelisahan dan kerisauan jiwa. Entah apa yang dicarinya dan apa tujuannya dalam hidup. Isyarat yang dengan jelas dapat saya tangkap adalah bahwa kecantikan belum menjadi jaminan atas kebahagiaan.

                Marilah kita mengambil hikmah dari gambaran wanita yang kedua. Dia tampak ikhlas dan tabah menerima kekurangan fisiknya. Dia tidak malu dan minder karena kakinya yang pendek yang membuatnya tampak lucu jika berjalan. Dia tidak peduli dengan cibiran dan perkataan orang. Seolah dia meyakini bahwa pandangan Allah-lah yang paling utama. Sehingga dia tidak mengurung diri karena cacat fisiknya. Sebaliknya, dia bersemangat untuk bisa berbuat dan berbuat agar bisa bermanfaat bagi orang lain.

                Subhanallah, baru saja Allah memberikan kepada kita satu hikmah lagi untuk kita pelajari. Bisa jadi, Allah memberikan kita berbagai macam keterbatasan di dunia, seperti cacat dan kekurangan fisik atau materi, karena Allah terlalu mencintai kita. Allah sayang kepada kita dan Dia ingin menghindarkan kita dari banyak perbuatan dosa di dunia, untuk digantinya dengan kenikmatan surgawi yang kekal dan tak terbatas nanti di akhirat.

                Jika kita renungkan, betapa banyak perbuatan dosa berawal dari pandangan mata terhadap indahnya dunia dan makhlukNya. Betapa banyak pula langkah kaki yang tergelincir oleh silaunya gemerlap dunia. Banyak pria maupun wanita harus bermandi dosa hanya karena mereka dikaruniai kesempurnaan fisik yang membuat lawan jenisnya jatuh dalam nafsu birahi yang jauh dari ridha Allah. Banyak juga orang-orang yang tertipu oleh kemilau harta dunia hingga melupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Sebaliknya, betapa sedikitnya dosa-dosa orang-orang buta, para tuna netra yang harus hidup di dunia dengan menggunakan mata batin, bukan mata kepala. Mereka yang kita anggap orang-orang malang di dunia, bisa jadi lebih beruntung di hadapan Allah daripada kita yang sangat sulit menjaga pandangan mata kita.

                Karena itu saudara-saudaraku, marilah kita belajar melihat segala sesuatu dari mata Allah. Utamakanlah pandangan Allah, bukan pandangan manusia. Sehingga, dalam menilai sesuatu, kita juga mempertimbangkan bagaimana Allah menilai hal tersebut. Allah telah mengajarkan kepada kita:
                Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (Q.S. 2:212)
                Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. 3:14)
                Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (Q.S. 15:88)
                Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. 24:30-31)
                Manusia dengan sifat lupa dan tidak-puasnya memang merupakan tempat berbagai macam perbuatan khilaf. Mata kita terlalu terbatas kemampuannya untuk menilai, dan seringkali masih terpengaruh oleh orang-orang atau keadaan di sekitar kita. Otak kita pun masih seringkali tercemari oleh berbagai macam kepentingan duniawi. Padahal, yang indah di mata kita tidaklah selalu baik di mata Allah. Begitu pula sebaliknya, yang baik bagi kita di mata Allah tidak selalu indah di mata manusia. Allah bekerja dengan tangan-tanganNya yang kadang jauh dari logika manusiawi kita. Dialah Pemilik rahasia dibalik semua rahasia. Wallahua'lam bissawab.

                April 29, 2011

                The Most Common Questions in Psycholinguistics

                Language acquisition and how to answer the most common questions in psycholinguistics
                1. What is the difference between language acquisition and language learning?

                Language acquisition is the process of acquiring a language in a natural situation instead of a formal-classroom. The situation is similar to that in which the native language is learned. The language is experienced in conjunction with the objects, situations, and events of everyday life. Children’s ability in language acquisition is considered to be better than adults’. Example: Children’s acquisition of a first language, native language, or mother tongue.

                Language learning is the process of learning a formal and standard language through formal-classroom teaching. Unlike in language acquisition, adults’ ability in language learning is better than children’s. Example: Learning a second language or a foreign language at schools.


                2. What factors can influence people in second-language acquisition and learning?

                a. Psychological factors;
                i. The intellectual process (our mind affects the speed of learning), which is involved in the determination of grammatical structures and rules. Learning second-language rules and structures can be done in two ways, i.e.; explication, and induction.

                ii. Memory, which is essential for learning to occur. The learning of even the simplest words requires memory.

                iii. Motor skills, which involve the use of the articulators of speech (tongue, lips, vocal, etc.). Good pronunciation, which is related to the ability to control the organs of speech, is clearly an essential part of learning a foreign language.

                b. Social factors, which include situations, settings, and interactions.
                i. Learning in a natural setting / natural situation. The language is experienced in conjunctions with the objects, situations and events of everyday life. Children have been known to learn better and faster than adults in this situation, because they are not afraid of making mistakes, and they receive more exposure compared to adults. Their speech organs are still flexible. Examples: A child of four years who lives with his parents in an English-speaking country, or a TKW who learns the Arabic during her employment in Saudi Arabia.

                ii. Learning in the classroom. The classroom for second-language learning is planned, and the situation is artificial. In general, adults learn better than children in this situation. Adults can concentrate and pay attention better than children. Examples; Students who learn a second or foreign language at schools.


                3. Which is better, learning a second language in actual settings or in a classroom?

                The answer depends much on the learners’ psychological factors. Actual settings, in which there is more induction, will be more effective than classroom situations when teaching a second language to young children due to children’s psychological characteristics in learning a language. Children learn faster and better than adults in this situation. They are not afraid of making mistakes, and their speech organs are still flexible.

                Classroom teaching is more effective when applied to adults due to their ability in reasoning, concentrating, and paying attention to verbal explanation (explication), especially when teaching a standard language which involves lots of grammatical structures and rules such as in schools or universities.

                As for the English-language teaching in our country, since it is quite difficult to find an actual situation, which is really as actual as that in an English-speaking country, teachers are advised to create a natural situation in a classroom by emphasizing on the role of story, role play, puppet activity, model-making and so on. Having a very important role, teachers’ basic competence in the language and in teaching methodology is undoubtedly essential.


                4. What factors bring failure in learning English as a foreign language in Indonesia?

                a. The education system in Indonesia which still emphasizes on the accomplishment of curriculum rather than students' competence.

                b. Classes, which usually consist of more than 40 students, are too big to teach.

                c. Unavailability of proper, adequate and sufficient materials, such as books, or language laboratory and other visual aids.

                d. Teachers’ incompetence and lack of commitment in teaching.

                e. The applied teaching methods are inadequate and out-of-date.

                f. Students’ motivation is usually low. This has to do with parents’ role in motivating their children, which is sometimes low.


                5. What is the difference between a second language and a foreign language?

                A second language is a language that is acquired after the first.
                Example; Indonesian children’s second language is mostly the Indonesian language, which is learned and acquired after the first language, - their mother tongue.

                A foreign language is a language that comes from another country and is not spoken as a native language by the native people.
                Example: English, Japanese, French, and German are foreign languages in Indonesia.

                April 28, 2011

                Similar Words & Phrases

                In learning English, we often have difficulty using or determining the correct words or phrases. It is easy to confuse words that have similar meanings, similar spellings, or similar sounds. However, these words CANNOT be interchanged.

                Here, you will learn similar words or phrases in the English language that you should anticipate, especially when you want to take the TOEFL or TOEIC tests.
                AcceptAccedeExceptExpect
                AdviseAdviceAdvisoryAdvisable
                AffectEffectAffectionEffective
                BesideBesidesBetweenAmong
                BorrowLendLoanLease
                BringTakeCarryFetch
                ClothClothesClothingClothe
                ComeGoLeaveLeave for
                ContinuousContinualContinouslyContinually
                DevelopExpandElaborateEnhance
                EqualSameSimilarMatch
                FairlyEnoughVeryToo
                GroundSoilEarthFloor
                GrowGrow upImproveIncrease
                LayLieSleepAsleep
                LoseLooseLostLoss
                MoneyCashCurrencyFund
                ObtainEarnWin Achieve
                PassPastPath Passage
                PersonnelPersonalPersonally Personality
                PrettyBeautifulHandsomeGood-looking
                RaiseRiseElevateAscend
                RememberRemindRecollectMemory
                SayTellSpeakTalk
                TravelCommuteGoJourney
                WearUseBe Used toUsed to

                April 17, 2011

                "Indonesia Raya" Versi Tiga Stanza Lebih Menggugah?

                Lagu kebangsaan Indonesia Raya Versi Tiga Stanza
                S
                uatu pagi, saat iseng mendengarkan MP3 Indonesia Raya 3 Stanza, saya merasa tertarik saat mengetahui lagu kebangsaan kita ini ternyata memiliki versi lain yaitu 3 stanza yang lebih lengkap. Selain Stanza 1 seperti yang kita kenal sekarang, masih ada dua (2) Stanza lagi. Berikut ini Lirik modern Indonesia Raya hasil Google Search dari http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya

                INDONESIA RAYA

                I. Indonesia tanah airku,
                Tanah tumpah darahku,
                Di sanalah aku berdiri,
                Jadi pandu ibuku.

                Indonesia kebangsaanku,
                Bangsa dan tanah airku,
                Marilah kita berseru,
                Indonesia bersatu.

                Hiduplah tanahku,
                Hiduplah neg'riku,
                Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
                Bangunlah jiwanya,
                Bangunlah badannya,
                Untuk Indonesia Raya.

                II. Indonesia, tanah yang mulia,
                Tanah kita yang kaya,
                Di sanalah aku berdiri,
                Untuk s'lama-lamanya.

                Indonesia, tanah pusaka,
                P'saka kita semuanya,
                Marilah kita mendoa,
                Indonesia bahagia.

                Suburlah tanahnya,
                Suburlah jiwanya,
                Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
                Sadarlah hatinya,
                Sadarlah budinya,
                Untuk Indonesia Raya.

                III. Indonesia, tanah yang suci,
                Tanah kita yang sakti,
                Di sanalah aku berdiri,
                N'jaga ibu sejati.

                Indonesia, tanah berseri,
                Tanah yang aku sayangi,
                Marilah kita berjanji,
                Indonesia abadi.

                S'lamatlah rakyatnya,
                S'lamatlah putranya,
                Pulaunya, lautnya, semuanya,
                Majulah Neg'rinya,
                Majulah pandunya,
                Untuk Indonesia Raya.

                (Refrain:)
                Indonesia Raya,
                Merdeka, merdeka,
                Tanahku, neg'riku yang kucinta!
                Indonesia Raya,
                Merdeka, merdeka,
                Hiduplah Indonesia Raya.


                Kita bisa melihat bahwa Stanza pertama bernafaskan persatuan, stanza kedua bernafaskan rasa syukur kepada Tuhan YME dan ketiga janji untuk menjaga Indonesia tetap abadi. Menurut saya pribadi, Stanza 2 dan 3 memiliki makna yang lebih menekankan pada pembangunan akhlak dan budi pekerti, serta jauh lebih menyentuh daripada Stanza 1 yang selalu kita nyanyikan selama ini. Ada beberapa potong kalimat atau bait yang menurut saya teramat sayang untuk dilupakan begitu saja. Misal, pada Stanza 2.
                "Indonesia, tanah yang mulia,
                Tanah kita yang kaya,
                Di sanalah aku berdiri,
                Untuk s'lama-lamanya."
                Bait ini mengingatkan kita bahwa negara kita adalah negara yang kaya. Adalah suatu ironi jika sampai sekarang sebagian besar rakyat kita masih hidup di bawah garis kemiskinan, dan sebagian lagi harus mengais rejeki hingga ke negri orang. Saya bertanya-tanya, jika selalu kita nyanyikan sampai sekarang, mampukah bait tersebut menggugah semangat kita untuk berjuang dengan lebih keras demi menghapus kemiskinan di negeri kita yang tercinta ini, tanpa harus lari ke negeri orang hanya untuk mencari sesuap nasi?

                Masih di Stanza 2:
                "Indonesia, tanah pusaka,
                P'saka kita semuanya,
                Marilah kita mendoa,
                Indonesia bahagia."
                Bait ini mengingatkan kita bahwa tanah-air kita adalah pusaka bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan milik sebagian kalangan tertentu saja. Kekayaan alam harus diolah sebagai "pusaka" bagi seluruh rakyat, bukan untuk dimanipulasi para pejabat demi kantong dan perut sendiri. Bait ini juga mengingatkan kita sebagai umat beragama untuk selalu berdoa kepada Allah SWT. Lagi-lagi saya bertanya-tanya dan berandai-andai. Andai selalu kita nyanyikan, mungkinkah bait di atas menyadarkan para pejabat kita agar bersikap amanah dalam mengelola kekayaan negara demi kesejahteraan rakyat? Di satu sisi, rakyat sebagai umat beragama juga menjadi lebih santun dan arif ketika menghadapi suatu masalah dan menghindari cara-cara anarki seperti yang selama ini sering kita lihat dalam berbagai unjuk rasa.

                Resapi juga lirik bait ketiga:
                "... Sadarlah hatinya,
                Sadarlah budinya,
                Untuk Indonesia Raya."
                Lirik di atas sangat pas dengan kondisi bangsa kita selama ini. Meski akhir-akhir ini pengintegrasian budi pekerti dalam kurikulum pembelajaran di sekolah semakin berkembang, betapa seringnya kita meninggalkan budi-pekerti dari perilaku kehidupan sehari-hari? Saya jadi teringat betapa banyak kasus, mulai dari kejahatan perbankan tingkat tinggi, perpajakan, hingga pungli di terminal dan jalanan yang sebenarnya berawal dari hilangnya kesadaran diri sebagai mahluk Allah SWT, serta semakin punahnya budi pekerti dalam perilaku keseharian kita. Kenyamanan dan kemewahan hingga tuntutan kehidupan modern rupanya telah benar-benar membutakan kita, sehingga kita lupa ke mana kita akan berpulang nanti. Dan ... lagi-lagi saya berandai-andai, andai kita selalu menyanyikan bait di atas, mampukah sepotong bait itu menggugah kesadaran kita sebagai manusia beragama yang selalu mengedepankan etika dan budi pekerti dalam berperilaku?

                Bait ketiga dalam Stanza 3:
                "S'lamatlah rakyatnya,
                S'lamatlah putranya,
                Pulaunya, lautnya, semuanya, ...."
                Kalimat tersebut adalah doa tulus yang terpanjat demi keselamatan rakyat Indonesia, pulau-pulau serta laut dan kekayaan alam Indonesia dari segala ancaman dan marabahaya. Betapa banyak bencana, mulai dari lumpur Lapindo hingga banjir bandang yang berawal dari kelalaian dan keserakahan kita dalam mengelola sumber daya alam? Ratusan hektar hutan telah habis digunduli oleh para mafia kayu, yang tingkat kerakusannya jauh melebihi binatang bernama rayap yang paling rakus sekalipun. Ratusan rumah juga telah tenggelam di dasar danau lumpur yang berawal dari kelalaian pengelola bisnis yang ingin menekan biaya instalasi tanpa memikirkan dampak bagi lingkungan sekitar. Juga karena kelalaian kita, pulau Sipadan dan Ligitan terlepas dari pangkuan ibu pertiwi. Dan sekali lagi dan lagi ... saya berandai-andai, andai saja kita selalu menyanyikan Stanza 3, akan "lebih" selamatkah rakyat dan negara kita?

                Dalam teori motivasi, kita mengenal adanya The Power of Repetition, yaitu sesuatu hal yang diucapkan berulang-ulang sebagai affirmatif atau penguatan bagi dirinya dan diharapkan menjadi drive untuk mencapai suatu sasaran, seperti yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Jepang pada umumnya untuk meningkatkan kinerja. Bukankah lagu kebangsaan Indonesia Raya yang kita nyanyikan berulang-ulang hampir di setiap upacara seharusnya bisa menjadi pendorong untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti bangsa kita?

                January 22, 2011

                English Speech Contest & Olympiad 2011

                If you are a junior high school student (SMP/MTs) and you wish to test your English skill, here's a piece of interesting information.

                To celebrate the Indonesian Living-Environment day and the 1-million Trees Movement which falls on January 10th, SMK Negeri 1 Probolinggo is planning to hold an English speech contest on January 26th and English olympiad on January 28th, 2011. The Adi-Wiyata award-winning school expects that these events will be attended by junior-high-school students in Probolinggo, Pasuruan, and Lumajang areas.

                If you are interested in joining these events, here is some more information.

                I. ENGLISH SPEECH CONTEST
                Speech Contest is an individual competition in which every participant is required to deliver a speech in a convincing way to impress the Judges. The expected outcome of this competition is to improve participants’ self-confidence, in addition to develop their public-speaking skills and their ability in performing in English.
                1. Participants are registered SMP/MTs students.
                2. Registration can be done at the receptionist desk latest by 1:00 pm January 25th 2011.
                3. Registration fee is Rp.25,000.-, or Rp.35,000.- for both events.
                4. Participants are to submit 1 pc of the latest passport-sized photograph (3x4 cm) together with a copy of student's card/ID.
                5. Speech topics, which all will relate to environmental issues, will be decided by the committee.
                6. Participants will be quarantined and given a period of 1 hour for case building prior to delivering their speech.
                7. Speech should take not more than 10 (ten) minutes.
                8. Participants may not read any texts during speech, except a key note which addresses important points.
                9. Scoring will be based on 3 (three) aspects; Accuracy (relevance and weight of content), Fluency (in speaking), and Performance (body language and attitude).
                10. Winners will be decided by the total score of all aspects.
                11. Juries' decisions are final and irrevocable.

                II. ENGLISH OLYMPIAD
                English olympiad is an individual competition in which every participant is required to do a proficiency test of English. The outcome of this competition is to improve participants’ knowledge, in addition to develop their experience and their English skills.
                1. Participants are registered SMP/MTs students.
                2. Registration can be done at the receptionist desk latest by 1:00 pm January 25th 2011.
                3. Registration fee is Rp.25,000.-, or Rp.35,000.- for both events.
                4. Participants are to submit 1 pc of the latest passport-sized photograph (3x4 cm) together with a copy of student's card/ID.
                5. Test items will be based on SMP’s Curriculum and focused on environmental issues.
                6. Participants will be given 120 minutes to do a 75-item test.
                7. Participants must prepare a pencil and an eraser.
                8. Participants may not bring dictionaries, mobile phones, calculators, and/or books into the test room.
                9. Participants may not cooperate with other participants during the test.
                10. Participants must wear school uniform.
                11. Participants who fail to comply with the rules will be disqualified.
                Scoring criteria:
                • Correct answers will score 2 (two) points.
                • -1 (minus one) score penalty will be applied to wrong answers.
                • Unanswered question(s) will score 0 (zero).

                If you wish to join both or one of the above events, feel free to contact the committee at 0335-421121.
                Contact person: Prastowo Ismanto.

                August 29, 2010

                English Idioms and Expressions With "ALL"

                English Idioms and Expressions With ALLWhat is an idiom (ideeum)? An idiom is an expression, word, or phrase whose sense means something different from what the words literally imply. Idioms usually do not translate well. In some cases, when an idiom is translated into another language, either its meaning is changed or it is meaningless. On this post, we are going to learn common idioms using "ALL", including their closest meaning(s) in Bahasa Indonesia.
                Happy learning.

                IDIOMSMEANINGINDONESIANEXAMPLE
                All-nighterWork or study all nightBekerja/belajar semalam-suntukPulling an all-nighter before exams is not a good habit.
                All overVery fond (of something)Sangat menyukai sesuatuShe's all over the latest fashions.
                All shook upExtremely excited, worried, or disturbed about somethingSangat senang, khawatir, atau terganggu oleh sesuatuShe's all shook up about her mother's illness.
                All that and then someMore than what has been mentionedLebih dari yang sudah dikatakanHe did all that and then some to get the new job.
                Go all the wayDo something completelyMengerjakan dengan sepenuhnyaThey went all the way for the championship.
                Dash it all!Expression used when very upsetUngkapan yang dipakai saat merasa sangat kecewaDash it all! I didn't do well in the test.
                For all I knowBased on what I know (mostly implying displeasure)Setahu saya (umumnya untuk mengisyaratkan kekecewaanFor all I know, the government will increase the fuel price this month.
                Free for allCrazy, free, non-restricted activity (generally a fight)Gila, Bebas (biasanya untuk pertarunganIt was a free for all! Everyone went crazy!
                Have it all togetherBe very poised, successfulSangat mapan, suksesHe has it all together. The house, the wife, the kids, the great job - everything!
                Hold all the acesHave all the advantagesUnggul, memiliki keuntungan atau kendaliUnfortunately, Rita holds all the aces right now. We'll have to do what she says.
                Know all the anglesBe very clever about somethingSangat pandai dalam suatu halHe knew all the angles and answered our questions satisfactorily.
                Not all thereNot intelligent, not completely focused on an activityKurang cerdas, tidak benar-benar fokus pada sesuatuThe student was not all there. He couldn't answer my questions.
                Of all the nerve!Expression of anger at someone's behaviorUngkapan kemarahan atas perilaku seseorangOf all the nerve! Did you see how she treated me?
                Once and for allFinally (usually putting an end to something)Akhirnya (dipakai untuk mengakhiri sesuatuWe need to stop this conflict once and for all!
                Pull out all the stopsMake every possible effortmelakukan segala upayaI pulled out all the stops on the test.
                Can't win them all.Expression of acceptance after a loss or disappointmentUngkapan setelah mengalami kekecewaan atau kekalahanYou did your best in the match and I'm proud of you. You can't win them all.

                August 19, 2010

                Wawasan Kebangsaan Sebagai Solusi Krisis Nasional

                Wawasan Kebangsaan Sebagai Solusi Krisis Nasional
                D
                i "Nasionalisme Setelah 65 Tahun Indonesia Merdeka", kita sudah melihat adanya fenomena merosotnya semangat nasionalisme di tengah krisis multi-dimensi yang tengah melanda masyarakat kita akhir-akhir ini. Kita setidaknya bisa menyimpulkan bahwa salah satu penyebab penurunan kualitas dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah melemahnya konsep wawasan kebangsaan dalam berbagai aspek kehidupan modern sekarang ini. Dengan demikian, konsep wawasan kebangsaan yang terwujud dalam implementasi nilai-nilai dasar wawasan kebangsaan diharapkan akan dapat menjadi solusi bagi kita untuk bangkit dari keterpurukan nasional akibat krisis multi-dimensi tersebut.
                1. Konsep Wawasan Kebangsaan
                Konsep wawasan kebangsaan sebenarnya telah tercetus pada waktu diikrarkannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai tekad perjuangan bangsa yang merupakan konvensi nasional tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia yaitu: satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
                Wawasan Kebangsaan adalah suatu wawasan yang mementingkan kesepakatan, kesejahteraan, kelemahan, dan keamanan bangsa sebagai titik tolak dalam berfalsafah berencana dan bertindak. (Parangtopo, 1993)
                Sebagai suatu cara pandang, wawasan kebangsaan menentukan cara suatu bangsa mendayagunakan kondisi geografis negaranya, sejarah, sosial budaya, ekonomi, dan politik serta pertahanan dan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya. Wawasan ini juga menentukan bagaimana bangsa itu menempatkan dirinya dalam tata cara berinteraksi dengan sesama bangsanya serta dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia internasional.

                Dalam wawasan kebangsaan, terkandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Selain itu, wawasan kebangsaan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan mendatang serta berbagai potensi yang dimiliki bangsa.

                Nilai wawasan kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki 6 (enam) dimensi manusia yang bersifat basic dan fundamental, yaitu;
                1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang MahaKuasa,
                2. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan bersatu,
                3. Cinta tanah air dan bangsa,
                4. Demokrasi atau kedaulatan rakyat,
                5. Kesetiakawanan sosial,
                6. Masyarakat adil dan makmur.
                2. Pentingnya Penerapan Nilai-Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
                Apabila kita menelaah kembali satu-persatu masalah yang telah dan sedang terjadi di negara kita akhir-akhir ini, kita akan dapat melihat dengan jelas pentingnya pemahaman konsep dan penerapan nilai-nilai wawasan kebangsaan di negara kita.

                Sebagai contoh, maraknya kemaksiatan di tengah masyarakat serta korupsi dan manipulasi dikalangan pejabat terjadi karena menurunnya moral keagamaan bangsa kita. Meskipun negara kita adalah negara dengan jumlah pemeluk agama Islam yang tertinggi di dunia, nilai-nilai keTuhanan masih berupa ritual yang dipahami sebatas simbol dan belum menjiwai perilaku keseharian masyarakat maupun para petinggi negara kita.

                Contoh-contoh nyata lainnya adalah lepasnya Timor-Timur dari pangkuan Republik Indonesia, insiden-insiden bernuansa makar yang terjadi di Papua, Aceh, dan Maluku, kerusuhan etnis di Sampit dan Ambon, serta terorisme yang sedang menghangat akhir-akhir ini. Bagaimana mungkin seorang anak bangsa mau melakukan pemboman di negeri sendiri dan mengorbankan saudara sebangsa, jika mereka memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi? Yang juga mengherankan adalah munculnya golongan-golongan radikal yang tidak lagi menghormati Pancasila sebagai dasar negara dan sang Merah Putih sebagai bendera nasional, padahal di satu sisi, kepentingan dan keselamatan mereka dijaga dan dihormati oleh negara. Inilah akibat dari hilangnya tekad kebersamaan sebagai suatu bangsa dan rasa cinta tanah air sehingga kepentingan golongan menjadi suatu hal yang harus diperjuangkan di atas kepentingan negara dan masyarakat.

                Pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat yang membawa kerusakan terhadap kehidupan demokrasi juga merupakan hal yang biasa terjadi saat Pemilihan Umum berlangsung. Kesetiakawanan sosial juga telah semakin luntur. Masyarakat yang adil dan makmur masih belum terwujud ditandai dengan masih tingginya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
                3. Aspek Penting Dalam Penerapan Wawasan Kebangsaan
                Untuk mengatasi dan mencegah semua masalah tersebut di atas, penanaman dan penguatan konsep yang diwujudkan dengan penerapan nilai-nilai dasar wawasan kebangsaan menjadi agenda yang harus segara dilakukan jika kita ingin menyelamatkan bangsa dan negara kita. Dalam menerapkan konsep wawasan kebangsaan, Seminar Pendidikan Wawasan Kebangsaan (1993) mengemukakan perlunya 2 (dua) aspek sebagai berikut:
                1. Aspek Moral, mensyaratkan adanya perjanjian diri (commitment) pada seseorang atau masyarakat untuk turut bekerja bagi kelanjutan eksistensi bangsa dan bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa.
                2. Aspek Intelektual, menghendaki pengetahuan yang memadai mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa serta potensi-potensi yang dimiliki bangsa.
                Konsep tanpa adanya komitmen untuk bertindak ibarat mimpi di siang bolong. Karena itu, harus ada suatu gerakan moral berskala nasional, entah apapun namanya, resmi maupun tidak resmi, sebagai suatu statemen nasional untuk bersama-sama mendukung serta menerapkan nilai-nilai wawasan kebangsaan. Media-massa sebagai penyalur informasi memegang peranan penting dalam hal ini dan harus memiliki komitmen tinggi terhadap pemulihan semangat nasionalisme. Kebebasan pers harus dimaknai secara bertanggung-jawab, sehingga konsep wawasan kebangsaan selalu tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Hal yang terasa sepele namun cukup bermakna misalnya adalah penayangan film-film dokumenter tentang perjuangan bangsa, serta pemutaran lagu-lagu nasional di televisi pada jam-jam yang cukup efektif untuk membentuk karakter dan kesadaran masyarakat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.

                Komitmen yang bersungguh-sungguh dari segenap lapisan dan komponen bangsa secara langsung maupun tidak langsung akan menggugah semangat dan intelektualitas bangsa sehingga mereka selalu waspada dan siap menghadapi tantangan-tantangan era modern dengan segenap potensi yang ada. Pada gilirannya, penerapan konsep wawasan kebangsaan yang baik akan dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya sebagai obyek dan sekaligus subyek usaha pembangunan nasional menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Amin.

                Referensi:
                • "Pendidikan Wawasan Kebangsaan", Tantangan dan Dinamika Perjuangan Kaum Cendekiawan Indonesia, Lembaga Pengkajian Strategi dan Pembangunan & PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta, 1994.
                • Dimensi Rohani dan Wawasan Kebangsaan Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bintoro Tjokroamidjojo, 1996.
                • Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, Drs. Idup Suhady, M.Si dan Drs. A.M. Sinaga, M.Si, 2006.