Check Our Latest Update

Soal Reading Bahasa Inggris Ujian Sekolah & VIERA / TOEIC Preparation - Volume 2

Direction: Choose the best answer to the questions Boy : What are you going to do after completing your study? Are you going to the unive...

Home Posts filed under Miscellanous
Showing posts with label Miscellanous. Show all posts
Showing posts with label Miscellanous. Show all posts

March 23, 2014

Efektifkah Hukuman Dalam Menangani Kenakalan Pelajar?

S
aat berbicara tentang kenakalan dan perilaku buruk pelajar sekolah, kita bisa menggunakan "Iceberg Analogy", yaitu menyamakan perilaku pelajar dengan sebuah gunung es di lautan. Di balik kenakalan atau buruknya perilaku yang tampak di permukaan, ada latar belakang yang menjadi dasar mengapa seorang pelajar memilih untuk berperilaku buruk. Di sanalah, seringkali terdapat masalah yang jauh lebih kompleks daripada yang tampak di permukaan.

Efektifkah Hukuman Dalam Menangani Kenakalan Pelajar?

S
ikap dan perilaku pelajar pasti dilatar-belakangi oleh motivasi tertentu. Sebagai contoh, jika seorang pelajar memiliki keyakinan bahwa dia akan lulus apabila rajin belajar, keyakinan itu akan membawanya ke dalam perilaku rajin belajar. Sebaliknya, jika pelajar tersebut beranggapan bahwa dia tidak akan lulus meskipun belajar, atau dia pasti lulus meskipun tidak belajar, maka bisa dipastikan perilaku yang akan dia pilih adalah tidak belajar.

Tujuan di Balik Kenakalan Anak Didik

Rudolf Dreikurs, pendiri dan pimpinan the Community Child Guidance Center of Chicago, berpendapat bahwa "seorang anak dengan perilaku bermasalah adalah anak yang kehilangan rasa percaya diri." Menurut Dreikurs, perilaku buruk pada anak didik disebabkan oleh adanya pemikiran yang salah bahwa dia merasa tidak menjadi bagian dalam kelompok, dan merasa keberadaannya tidak berarti.

Dalam usahanya untuk menemukan "tempat" dan makna eksistensi diri, pemikiran yang salah akan membawanya ke dalam sikap dan perilaku yang salah. Karena itu, sikap dan perilaku yang dipilihnya justru menimbulkan reaksi atau tanggapan yang berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Ketika dia ingin menemukan "tempat" serta makna keberadaan diri, perilakunya yang salah justru menimbulkan reaksi penolakan dari orang lain, termasuk guru dan siswa lainnya.

Dalam konsepnya yang disebut Positive Discipline, Dreikurs mengidentifikasi bahwa ada 4 (empat) tujuan atau sasaran di balik kenakalan anak didik, yaitu perhatian, kekuasaan, balas dendam, dan keputus-asaan. Sebagai kompensasi terhadap kegagalan dalam pencarian jati diri, seorang anak akan berusaha mewujudkan keempat hal itu dalam berbagai perilaku yang buruk seperti, usil, suka mengganggu, kasar, semena-mena, suka mencari keributan dan berkelahi, memberontak dan tidak taat pada guru, hingga malas dan tidak mau belajar.

Bantulah, Jangan Sekedar Menghukum

Dengan memahami bahwa kenakalan pelajar hanyalah dampak dari pemikiran dan motivasi yang salah dalam menyikapi kegagalan pencarian jati diri, masihkah kita meyakini bahwa hukuman adalah cara efektif dalam menangani kenakalan pelajar? Hukuman seringkali hanya bersifat memaksakan perubahan perilaku, dan hampir tidak membantu anak didik untuk menemukan apa yang sedang dia cari, yaitu tempat dan makna eksistensi dirinya. Dalam banyak kasus, hukuman bahkan hanya memperparah kekecewaan dan keputus-asaan siswa terhadap sekolah.

Budaya suka menghukum dapat memperburuk kepercayaan anak didik kepada sekolah. Seorang pelajar yang melakukan pelanggaran dan merasa yakin akan dikenai hukuman cenderung untuk berbohong dan menuduh pihak lain sebagai penyebab. Sebaliknya, ketika dia merasa yakin bahwa dia akan dibantu atau dibimbing agar bisa menghentikan perilaku buruknya, maka dia akan jujur dan terbuka tentang latar belakang masalah yang sebenarnya. Hanya ketika anak didik jujur dan terbuka tentang masalah yang sedang dia alami, solusi efektif terhadap permasalahan yang sebenarnya akan bisa dicapai.

Hukuman dengan berbagai bentuknya, termasuk skorsing, mungkin bisa mengubah perilaku, tapi belum tentu mampu menyentuh kesadaran anak didik dan mengubah motivasi mereka ke arah yang positif. Hukuman harus disertai dengan tindakan korektif, termasuk konseling, untuk mengubah pemikiran yang keliru, dan mengarahkan mereka ke dalam pemikiran positif. Pemikiran yang positif akan menghasilkan motivasi yang baik dan secara otomatis akan mendorong pelajar untuk selalu berperilaku baik.

Bimbingan dan konseling yang tepat mampu mengeksplorasi dan menampung pemikiran serta perasaan anak didik, dan memberi peluang besar untuk membantu anak didik dalam memenuhi kebutuhannya terhadap tempat dan pengakuan eksistensi diri. Di sanalah kita bisa membantu siswa bermasalah untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya. Ketika seorang anak sudah merasa nyaman dan menemukan tempat bagi dirinya, perilaku buruknya bisa dipastikan tidak akan timbul kembali.

Karena itu, persepsi bahwa setiap pelanggaran wajib dikenai hukuman harus dihilangkan dari dunia pendidikan, terutama sekolah. Pelajar bermasalah lebih membutuhkan bimbingan dan pertolongan daripada sekedar hukuman. Kita harus selalu ingat bahwa kenakalan pelajar timbul dari kegagalan mereka menemukan tempat dan makna bagi keberadaan dirinya. Pesan mereka sebenarnya jelas, bahwa mereka hanyalah anak-anak yang ingin menemukan tempat yang nyaman dimana keberadaan mereka diakui dan menjadi berarti.

February 24, 2014

Haruskah Penegakan Disiplin Sekolah Mengabaikan Hati Nurani?

Hati Nurani dalam Penegakan Disiplin Sekolah

S
uatu pagi, ketika Ujian Sekolah Produktif untuk pelajar kelas XII SMK akan segera dimulai, seorang siswi tidak diperbolehkan memasuki gerbang sekolah karena seragam yang dikenakannya salah. Dia mengenakan baju Pramuka, lupa bahwa sehari sebelumnya telah ada pemberitahuan bahwa hari itu seluruh siswa harus mengenakan baju batik.

Dengan alasan penegakan disiplin sekolah, dia diharuskan pulang dan berganti baju. Meskipun sudah mencoba bernegosiasi, dia tetap tidak berhasil mendapatkan ijin masuk dan mengikuti ujian. Sedangkan Ayahnya yang mengantarnya ke sekolah sudah berangkat bekerja dan tidak mungkin kembali mengantarkannya pulang. Jika harus naik angkutan umum, dia harus berganti kendaraan sebanyak 3 kali untuk mencapai rumahnya yang berjarak kurang-lebih 7 kilometer dari sekolah. Praktis, konsekuensi penegakan disiplin yang harus diterimanya adalah tidak bisa mengikuti ujian hari itu karena ujian akan segera dimulai.

Karena keinginannya yang besar untuk bisa mengikuti ujian, siswi tersebut memilih tidak pulang dan menunggu di depan pintu gerbang hingga ujian selesai. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain berdiri di depan gerbang sekolah. Beruntung, setelah beberapa saat berdiri di depan pintu gerbang sekolah, seorang Guru yang lain mengijinkannya masuk dan mengikuti ujian. Meskipun pada akhirnya siswi tersebut diijinkan masuk sekolah, ada beberapa hal yang cukup membuat kita prihatin dengan kejadian tersebut.

Berikan Tindakan Korektif Secara Wajar, Proporsional, dan Mendidik.

Kesalahan memakai seragam umumnya bukanlah hal yang sengaja dilakukan oleh seorang siswa. Pasti ada alasan lain misalnya lupa, tidak memiliki seragam, atau seragam yang harus dikenakan tiba-tiba hilang atau sedang dicuci. Mereka justru akan merasa malu jika harus seorang diri mengenakan seragam yang berbeda dengan siswa lainnya.

Karena itu, sebelum menentukan sanksi atau tindakan korektif yang akan diberikan, akan terasa lebih bijak jika kita bersedia mencari tahu apa penyebabnya. Apakah disengaja atau tidak? Dari situ, kita bisa menentukan tindakan korektif terbaik yang harus diberikan terhadap pelanggaran tersebut.

Begitu juga dalam menangani kasus siswa yang terlambat. Tidak semua keterlambatan siswa disebabkan oleh kelalaian atau ketidak disiplinan mereka, kecuali jika terjadi secara terus-menerus. Acapkali keterlambatan siswa disebabkan oleh hal-hal diluar kekuasaan mereka, seperti kemacetan, kecelakaan, harus melakukan suatu kewajiban, atau diminta membantu guru lain. Haruskah kita sebagai para pendidik menghukum seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah karena dia harus menolong seorang korban kecelakaan di jalan? Jika memang demikian, hati nurani siapa yang lebih hidup, dan hati nurani siapa yang sudah mati?

Hargailah Kepentingan dan Hak Anak Didik

Sekolah seharusnya menjadi tempat mendidik yang nyaman, bukan tempat yang penuh ancaman dan menakutkan. Setiap pelanggaran harus disikapi dengan bijak, dan diberikan tindakan korektif yang mendidik, bukan sekedar hukuman yang menghukum. Seburuk apapun sikap dan perilaku siswa, mereka adalah individu yang harus kita hargai dan berhak mendapatkan pendidikan.

Melarang siswa masuk kelas atau sekolah hanya karena salah seragam atau terlambat 5-10 menit seringkali bukanlah tindakan korektif yang terbaik dan tepat. Ketika anak didik lebih suka melakukan kegiatan lain daripada mengikuti kegiatan belajar di sekolah, maka larangan masuk kelas atau masuk sekolah tidak memiliki muatan pendidikan apapun selain sekedar "hukuman". Sedangkan efek jera yang diharapkan juga tidak tercapai.

Di satu sisi, larangan masuk kelas atau masuk sekolah juga akan menghilangkan kesempatan anak didik untuk mengikuti kegiatan di sekolah. Demi penegakan disiplin, hak mereka untuk mendapatkan pendidikan tidak terpenuhi. "Niat" untuk datang ke kelas atau sekolah pun menjadi seperti tidak dihargai, padahal itu masih jauh lebih baik daripada membolos dengan berbagai macam alasan.

Bukankah masih banyak tindakan korektif yang bisa dilakukan tanpa harus merugikan kepentingan dan hak anak didik? Di beberapa negara lain, siswa yang terlambat atau salah seragam tidak disuruh pulang. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa ditangani di dalam lingkup sekolah sebagai bukti bahwa pihak sekolah mampu memberikan penanganan dan solusi, kecuali jika memang memerlukan penanganan lanjutan dari pihak berwenang di luar sekolah. Orang-tua pun tidak selalu harus tahu, kecuali jika penanganan masalah membutuhkan kerja-sama dengan pihak orang-tua.

Jika suatu pelanggaran dilakukan terus-menerus atau semakin memburuk, pendekatan konsultatif akan diberikan, bukan tindakan represif, bukan hukuman. Siswa akan diberitahu tentang konsekuensi dan kerugian akibat pelanggaran mereka. Siswa benar-benar diperlakukan sebagai individu yang juga harus dihargai. Ketika konsultasi telah menyentuh akar penyebab pelanggaran hingga menghasilkan solusi, bisa dipastikan pelanggaran itu tidak akan terulang. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa sudah dididik agar selalu penuh pertimbangan dan tidak terlalu kaku dalam menghadapi suatu permasalahan, serta senantiasa mendengarkan hati nurani dan menghargai orang lain.

Akan tetapi, larangan masuk masih menjadi tindakan yang cenderung dipilih oleh para pendidik di negara kita. Mungkin karena tindakan itu paling praktis dan paling mudah untuk diberikan, tanpa harus repot-repot melakukan pendekatan konsultatif, serta mengesankan sikap "tegas" dalam menegakkan peraturan dan disiplin sekolah. Tidak akan ada siswa terlambat atau salah seragam, mungkin karena mereka takut dan lebih memilih untuk membolos daripada harus menghadapi hukuman. Sekolah pun akan menjadi "seperti yang diharapkan", tak ubahnya barak militer yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan keselarasan, tanpa menyisakan ruang bagi hati nurani dalam menindak pelaku pelanggaran. Seperti itukah yang kita harapkan?

Peraturan memang harus dipatuhi, dan disiplin juga harus ditegakkan. Namun ketika penegakan disiplin dilakukan dengan mengesampingkan hati nurani, maka paradigma pendidikan karakter dan budi pekerti hanya akan menjadi sebuah ironi.

June 21, 2012

Mister Guru in Top ESL Blog Award

Mister Guru is the 8th Finalist of Top ESL Blog Award
Beberapa hari lalu, Mister Guru menerima email dari ecollegefinder.org yang mengabarkan bahwa blog ini telah dinominasikan sebagai salah satu blog ESL (English as Second Language) terbaik dalam ajang "Top ESL Blog Award". Ini benar-benar diluar perkiraan Mister Guru yang nge-blog murni hanya untuk berbagi ilmu dan membantu mereka yang ingin belajar bahasa Inggris. Jangankan menang, masuk sebagai nominee saja Mister Guru sudah bersyukur banget. :D

Dalam ajang Top ESL Blog Award, Mister Guru harus bersaing dengan banyak blog lainnya untuk mendapatkan voting sebanyak mungkin dari publik agar bisa masuk dalam peringkat 3 (tiga) besar. Setelah masa voting berakhir, 3 (tiga) blog dengan voting terbanyak akan diumumkan di blog milik eCollegeFinder dan situs Language Magazine. Pemenang dan finalis akan berhak mendapat badge Top ESL Blogs Award sebagai simbol atas prestasi mereka. So, lupakan traktiran jika menang karena tidak ada hadiah berupa uang. :)

Top ESL Blog Award diberikan oleh eCollegeFinder yang bekerja-sama dengan Language Magazine untuk blog-blog ESL terbaik, yang diperuntukkan bagi mereka yang mengajar atau belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, serta mereka yang sedang mengejar gelar TESOL. Blog-blog pemenang akan dijadikan sebagai referensi bagi para pembaca yang ingin memperluas pengalaman mengajar dan belajar mereka.

Naah, untuk itu, Mister Guru butuh bantuan para pembaca sekalian untuk ikut memberikan suara dan mendukung Mister Guru dalam voting ini. Jika berkenan, kunjungi http://blog.ecollegefinder.org/esl-blogs-award/ lalu pilih Mister Guru. Suara anda akan sangat membantu dan untuk itu, Mister Guru mengucapkan terima kasih.

May 26, 2012

Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Apakah Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)?

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah suatu strategi pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda, melakukan berbagai macam kegiatan belajar untuk memudahkan siswa dalam menguasai suatu mata pelajaran. Masing-masing anggota tim tidak hanya memiliki tanggung-jawab untuk belajar dan mempelajari apa yang sedang diajarkan, tapi juga harus membantu rekan sekelompok dalam belajar. Suatu kelompok bisa dikatakan belum tuntas menguasai suatu materi jika masih ada salah satu anggota belum menguasai materi tersebut.

Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994)
  1. Adanya persepsi bahwa keberhasilan atau kegagalan kelompok berarti keberhasilan atau kegagalan bersama.
  2. Rasa tanggung-jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, dan tanggung-jawab terhadap diri sendiri.
  3. Pandangan bahwa semua memiliki tujuan yang sama.
  4. Adanya pembagian tugas dan tanggung-jawab antara para anggota kelompok.
  5. Evaluasi siswa berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
  6. Kesempatan berbagi kepemimpinan antar anggota kelompok.
  7. Ketrampilan bekerja-sama selama proses pembelajaran.
  8. Setiap siswa akan diminta untuk mempertanggung-jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thomson, et al. (1995), dalam kelompok kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu dengan yang lain. Kelompok-kelompok kecil tersebut beranggotakan 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen, juga jenis kelamin, dan suku. Heterogenitas ini bermanfaat untuk melatih siswa dalam menerima perbedaan serta bekerja sama dengan teman yang memiliki latar belakang berbeda.

Pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik. Selama kerja kelompok, siswa mendapat lembar kegiatan berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan, dan tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar. (Slavin, 1995)

Mengapa Harus Pembelajaran Kooperatif

Berbagai hasil penelitian telah membuktikan adanya perkembangan dan peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif. Diantaranya adalah meningkatnya prestasi akademis, perbaikan perilaku, peningkatan kehadiran siswa, peningkatan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa, serta bertambahnya rasa suka terhadap sekolah dan teman-teman sekelas. Disamping itu, pembelajaran kooperatif relatif mudah diterapkan dan tidak membutuhkan biaya besar.

May 10, 2012

Teaching English for Children and Adults

Teaching English for Children and Adults

T
he English language has become the most important second language of all in many countries worldwide. Everyone uses this language for many purposes, one of which is education. When we are talking about English language education, we also relate to how the English language is taught. Nowadays, learning English language is not only for adults, but also for children. However, both children and adults have different aspects in learning English. In this essay, the writer will discuss the different aspects of teaching English for adults and children with respect to the ability of acquiring second language, the materials, and the teaching method.

The first different aspect discussed is the different ability of acquiring second language. For children, learning English as their second language besides the mother language is pretty easy to do. According to some researches, children are able to gain the second language starting from about 5 until 12 years, which is often referred to as the golden age period. We will be easier to introduce children of those ages to the second language, including English. On the other hand, adults have the weakness in acquiring the second language maximally. It is because they already have passed the golden age period, of course. Perhaps, adults who have the capability of learning English naturally will not face any kind of difficulties but for those who don’t, learning English is quite difficult. Due to the less ability of acquiring the second language, teaching English for adults needs certain methods in order to be successful.

The second different aspect in English teaching for children and adults is related to the materials. The materials of teaching English are determined by the different level of ages. In teaching children, teachers have to be able to provide the materials simply and easily. Just because the children’s second language acquisition is better than adults, it does not mean teachers are allowed to give children as complex materials as those for adults. For children, the materials needed should be simple and meaningful. Usually, children are introduced to some simple expressions such as greetings or self-introduction. They can also be introduced to some simple vocabularies or nouns like animals, colors, parts of body, jobs, and so on. Different from that for children, English material for adults is more difficult. For adults, given materials are used in daily life context or for communication. As teachers, they can provide the materials about the job interview conversation, speech, debate, retell the experience, or another topic which aim at increasing their communication skill in daily life context.

The different teaching method of teaching English for children and adults is the last contrasting point which is discussed in this essay. In teaching children, the ability of getting their attention is required for teachers. As teachers, they have to deliver the materials in a unique and fun way. The fun learning method is an essential thing in teaching English at this stage of age. Mostly, children tend to be interested in playing and doing something with fun. Those are the keys for teachers to always give the materials in some interesting yet still meaningful ways. In addition, teaching children needs patience and awareness to grab them without making them feel disappointed or being ignored. Patience is related to how the teachers can get the students’ attention effectively. The less they can pay the attention to teachers, the more patience is needed for teachers. On the other hand, some interesting ways to teach English for adults is also required. The different is on how the teacher’s performance in teaching them. At this level, teachers have to be more skillful and capable of delivering the materials because the materials are quite difficult and useful for adults’ communication skill. In speaking, teachers should be more fluent because they are considered as the role-models for the students. Serious but fun ways can be applied to adults when they learn the English language. Teachers can be their facilitator and motivator for them. It will bring positive impacts on adults’ skill and comprehension of using this second language.

Teaching English for children and adults have different points which have to be recognized by the teachers. The different abilities of acquiring the second language, the given materials, and the teaching methods are some aspects which have to be paid serious attention by teachers. Teaching English is an amusing thing if we, as teachers, know whom we are teaching and how to deliver the knowledge effectively and efficiently.

Contributed by Monica Reinca Larasaty for Mister Guru.

May 08, 2012

Pembelajaran Kelas Menggunakan Video

Pembelajaran Kelas Menggunakan Video

S
ebuah penelitian guru baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari 90% guru kelas telah menggunakan video secara efektif dalam pembelajaran dan telah membuktikan bahwa penggunaan video dalam pembelajaran kelas mampu menjadi pendukung kurikulum yang efektif dan dinamis. Sebagian besar dari mereka bahkan sering menggunakan video, dengan frekuensi rata-rata sekali setiap minggu.

A. Manfaat Video Dalam Pembelajaran:

Mengapa video semakin sering digunakan dalam pembelajaran? Tujuannya adalah agar para guru sebagai pendidik salah satunya adalah membuat siswa merasa bersemangat dan terlibat dalam pengalaman belajar praktis. Video merupakan sebuah media pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kemampuan video dalam melibatkan penglihatan dan pendengaran menjadikannya media yang sangat tepat bagi pelajar yang berkarakteristik pembelajar visual atau auditorial. Video juga mampu menangkap dan melibatkan emosi positif yang dapat merangsang gairah belajar siswa. Video merupakan sarana belajar yang efektif dan inovatif bagi para guru dalam menjelaskan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran.

Bayangkan suasana kelas dimana siswa dapat secara langsung mendengarkan suara jeritan spesies satwa yang hampir punah, sekaligus melihat warna tubuh mereka, atau mendengar suara binatang yang hanya hidup jauh di alam liar di belahan bumi yang lain. Bayangkan juga pembelajaran yang melibatkan suara asli para tokoh terkenal dari masa lampau, tokoh-tokoh yang tercatat dalam sejarah, tokoh-tokoh politik, dan orang-orang terkenal lainnya yang hidup berabad-abad yang silam. Begitu pula pembelajaran tentang hukum gerak, suara, serta perpindahan energi akan menjadi lebih menyenangkan jika guru menayangkan film video peluncuran pesawat ulang-alik dalam perjalanannya menuju ke angkasa luar. Dalam mempelajari kebudayaan, siswa akan dapat lebih mudah memahami perbedaan budaya masyarakat yang tinggal di belahan dunia lainnya jika mereka melihatnya secara langsung pada lingkungan mereka sendiri, sekaligus mendengarkan nyanyian mereka, mengamati ritual-ritual kepercayaan mereka. Dengan bimbingan guru dan penyajian yang tepat, video mampu memberikan pengalaman indrawi yang menjadikan konsep mudah untuk dirasakan secara nyata dan dipahami.

Pengalaman membuktikan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam pembelajaran, semakin interaktif pembelajaran di kelas, maka semakin besar pula ketertarikan dan daya serap siswa terhadap pelajaran. Akan semakin banyak hal-hal yang bisa dipelajari dan diingat oleh siswa. Sebagai media yang sangat fleksibel, video bisa menjadi sarana pembelajaran interaktif. Video memungkinkan untuk dihentikan, dimulai, atau diulang kapanpun dibutuhkan. Anda bisa menghentikan tayangan video lalu meminta siswa untuk memprediksi hasil atau akibat dari suatu hal, atau mendiskusikan, atau berdebat tentang suatu referensi sejarah. Anda bisa memutar ulang suatu bagian tertentu dari tayangan video untuk menambahkan suatu penjelasan atau memutar bagian tersebut dalam gerakan lambat untuk memastikan bahwa siswa memahami suatu konsep penting. Di samping itu, pembelajaran dengan video akan menjadi semakin interaktif dengan cara menirukan kegiatan dalam film, workshop, demonstrasi serta eksperimen di dalam lingkungan kelas.


B. Pembelajaran Dengan Menggunakan Video Secara Efektif

Suatu riset baru-baru ini menunjukkan bahwa cara paling efektif dalam menggunakan video untuk pembelajaran adalah sebagai peningkatan kualitas pembelajaran atau suatu unit pembelajaran. Video sebaiknya digunakan sebagai suatu elemen pembelajaran bersama dengan sumber atau bahan pembelajaran lainnya yang anda miliki. Dalam mengajar suatu topik, penggunaan video di dalam kelas harus dipersiapkan dengan baik sebagaimana media pembelajaran atau alat peraga lainnya. Tujuan pembelajaran khusus harus ditentukan, begitu juga langkah-langkah pembelajaran serta kegiatan pemantapan harus direncanakan dengan baik. Yang tidak kalah pentingnya adalah semua video yang akan dipergunakan dalam pembelajaran harus dikaji dulu oleh guru, agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

October 14, 2011

Masih Ndesokah "Ndeso"?

Sebutan Ndeso - Stigma Yang Kontra ProduktifPernah mendengar istilah "ndeso", alias "ndesit"? Istilah berbau diskriminatif yang bermakna "dari desa" atau "seperti orang desa" ini pernah populer pada dekade 1980-an. Belakangan, istilah "ndeso" menjadi populer lagi setelah seorang pelawak terkenal muncul dalam sebuah iklan terbaru penyedia layanan telekomunikasi di televisi. Dalam iklan tersebut, sang pelawak dengan nada mencemooh mengatakan "ndeso" kepada mereka yang belum tahu tentang internet. Tidak cukup di situ, tayangan iklan tersebut ditutup dengan kata-kata "Yang punya rumah ini artis! Mukamu ndeso!". Entah apa maksud mereka dengan kata "ndeso". Yang jelas iklan tersebut memberikan kesan bahwa istilah "ndeso" memiliki konotasi negatif, yaitu semacam gaptek, atau ketinggalan jaman.

Masih "Ndeso"kah "Ndeso"?

Berbicara tentang istilah "desa", pasti kita akan membayangkan suatu daerah atau wilayah yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Lingkungan pedesaan identik dengan lingkungan yang masih alami dan hanya sedikit tersentuh oleh pembangunan, dengan penduduk yang hidup dalam keluguan, kesederhanaan, dan kekeluargaan yang jarang kita temui pada masyarakat perkotaan.

Dulu, sebelum hasil pembangunan dan kemajuan dibidang teknologi informasi menyentuh wilayah pedesaan, keterbatasan akses terhadap pengetahuan dan informasi membuat masyarakat pedesaan sangat jauh tertinggal dibanding masyarakat perkotaan. Tidaklah mengherankan jika masyarakat pedesaan saat itu diidentikkan sebagai masyarakat yang lekat dengan keluguan dan kebodohan, tertinggal dan terbelakang dalam hal pengetahuan dan informasi.

Sebutan Ndeso - Stigma Yang Kontra ProduktifKini, jaman sudah banyak berubah. Pembangunan infrastruktur dan perkembangan teknologi informasi telah membuat wajah pedesaan di Indonesia telah banyak berubah. Kita sering mendengar istilah "desa net", "desa internet", atau "cyber village", di mana penduduknya secara bergotong-royong membuat server wifi agar masyarakat sekitar bisa mengakses internet. Kehadiran internet hingga ke pelosok wilayah pedesaan membuat masyarakat pedesaan tidak lagi terisolir dari ilmu pengetahuan dan informasi. Dalam hal pendidikan, kualitas sekolah-sekolah pedesaan di masa sekarang juga sudah bisa disejajarkan dengan sekolah di daerah perkotaan.

Memang, seiring berkembangnya peradaban, perbedaan antara desa dan kota sudah tidak lagi sejelas dulu. Pengertian dan karakteristik yang mendefinisikan istilah "desa" menjadi sulit untuk diberlakukan di era seperti sekarang ini di mana hasil pembangunan serta akses terhadap ilmu pengetahuan dan informasi tidak lagi menjadi monopoli masyarakat perkotaan. Hubungan yang erat antara perkembangan kota dengan desa-desa di sekitarnya telah menciptakan kondisi yang sangat beragam antara satu desa dengan desa lainnya sehingga berbagai pengertian ilmiah untuk mendefinisikan istilah "desa" tidak lagi dapat diterapkan secara menyeluruh untuk desa-desa di Indonesia.

Dengan demikian, stigmatisasi "ndeso" bagi orang yang kurang up-to-date dalam hal pengetahuan rasanya sudah tidak tepat lagi. Di jaman sekarang, tidak sedikit masyarakat pedesaan memiliki tingkat kesejahteraan, pendidikan, wawasan, dan pengetahuan yang setara, bahkan lebih, dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, terutama di pedesaan-pedesaan pulau Jawa.

Jika istilah "ndeso" adalah sebutan bagi orang yang gaptek, maka banyak juga orang kota yang layak disebut "Ndeso" karena kegaptekan mereka, yang meskipun tinggal di area perkotaan namun kurang cukup beruntung untuk bisa menikmati kemajuan teknologi karena faktor ekonomi. Jadi, tidak manusiawi rasanya jika label "ndeso" ditujukan kepada orang-orang yang tidak cukup beruntung untuk bisa menikmati kemajuan teknologi.


Dampak Stigmatisasi "Ndeso"

Di saat pemerintah tengah berjuang untuk mengangkat dan memberdayakan masyarakat pedesaan, pemberian julukan atau stigmatisasi "ndeso" ini bisa menjadi simbol pelecehan terhadap "wong ndeso' dan dapat membawa dampak yang kontra-produktif. Labelling "ndeso" hanya akan memperparah ketidakpahaman tentang masyarakat pedesaan dan mempersempit sudut pandang terhadap "wong ndeso". Mereka yang berasal dari pedesaan, atau yang dijuluki "ndeso" mungkin akan merasa minder, malu, dan takut dianggap "ndeso". Bagi pelakunya, stigma 'ndeso' dapat menjerumuskan mereka ke dalam sikap diskriminatif terhadap "wong ndeso", yang bersumber dari ketidakpercayaan serta pemahaman yang salah bahwa orang desa selalu lebih bodoh dan terbelakang daripada orang kota.

Karena itu, sudah saatnya kita hentikan stigma 'Ndeso" terhadap orang yang kita anggap out-of-date, lebih bodoh dan tertinggal daripada kita. Mari kita hapus semua labelling yang berbau keterbelakangan yang selama ini identik dengan masyarakat pedesaan. Mengapa? Karena "Ndeso" bisa jadi tak lagi se'Ndeso" yang kita bayangkan.

Salam dari wong Ndeso :) Updated Oct 17, 2011

August 26, 2011

Mudik: Haruskah Tujuan Mulia Membahayakan Jiwa?

Mudik - Haruskah Tujuan Mulia Membahayakan Jiwa?
Bagi mereka yang beragama Islam dan dibesarkan di Indonesia, lebaran pasti menyisakan sederet kenangan indah masa kecil. Keceriaan dan kegembiraan sebagai anak-anak dalam menyambut Idul Fitri bersama teman-teman sebaya dan keluarga di kampung halaman cenderung akan membekas sepanjang hidup. Sehingga tidak afdol rasanya jika lebaran harus berlalu di tanah rantau jauh dari orang-tua dan sanak-saudara.

Rasa inilah yang mendorong para perantau untuk pulang-kampung, mudik, atau ber-holiday travel ke kota kelahiran setiap lebaran Idul Fitri tiba. Niatan mulia untuk sungkem di pangkuan ayah dan ibu, atau sekedar berziarah ke makam mereka bila mereka telah meninggal, lalu bersilaturrahim dengan sanak-saudara, telah menjadi motivator handal yang mampu menggerakkan jutaan manusia meninggalkan kota tempatnya bekerja, pulang ke kampung halaman. Hampir semua orang, apapun statusnya, seolah tidak ingin melewatkan lebaran tanpa mudik. Mudik, sebagai sebuah proses untuk menelusuri dan mengikatkan diri kepada akar sosial kita, mungkin telah mencapai makna terluasnya, dan menjadi kebutuhan jiwa yang harus dipenuhi setiap tahun.

Budaya Mudik, yang telah menjadi ritual unik di Indonesia, bukanlah tanpa pengorbanan. Dana yang relatif besar harus dikeluarkan. Jarak ratusan bahkan ribuan kilometer harus ditempuh. Bahaya dan resiko kecelakaan pun mengintai di balik kelelahan fisik dan kelalaian di sepanjang perjalanan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), sebanyak 702 orang meninggal, 1.646 luka berat, dan 1.697 orang luka ringan dalam kecelakaan lalu-lintas selama arus lebaran 2009. Sementara, pada tahun 2010, jumlah korban kecelakaan menurun secara signifikan menjadi 328 korban tewas, 438 luka berat, dan 892 korban luka ringan.

Mudik - Haruskah Tujuan Mulia Membahayakan Jiwa?Mudik - Haruskah Tujuan Mulia Membahayakan Jiwa?

Menyedihkan bukan? Harus sedemikian banyakkah kerugian serta nyawa yang terenggut sia-sia demi niatan mulia untuk berkumpul bersama keluarga? Alangkah bijaksananya jika kita selalu mengutamakan keselamatan dalam perjalanan dan selama mudik, ketimbang harus membahayakan nyawa diri sendiri serta orang-orang yang kita cintai.

Jika menggunakan kendaraan pribadi, kita harus memeriksa kondisi kendaraan kita sebelum memulai perjalanan. Sudah layak dan amankah kendaraan kita untuk menempuh perjalanan jauh? Pastikan bahwa ban, lampu-lampu, aki, hingga mesin dalam kondisi baik. Setelah itu, periksalah kelengkapan berkendara, mulai dari SIM, STNK, sepatu, jaket, dan helm bagi pengendara motor. Hindarilah mengangkut beban atau penumpang yang berlebihan hingga melampaui batas keamanan. Terlebih lagi jika kita membonceng anak kecil. Pastikan bahwa anak anda berada dalam posisi yang terlindung dan aman. Sedapat mungkin, hindarilah meletakkan anak di depan pengemudi motor. Dalam posisi begitu, tanpa disadari, anak seolah-olah menjadi "tameng" atau "perisai" yang melindungi sang ayah dari terjangan angin, atau jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Saat berkendara, tetaplah waspada dengan memperhatikan kondisi jalan, lalu-lintas, serta rambu-rambu lalu-lintas. Jagalah selalu etika dan kesopanan dalam berkendara, dan jangan mudah terpancing oleh pengendara yang agresif atau provokatif. Ingat. sebagian besar kecelakaan terjadi akibat kelalaian dan kecerobohan para pemakai jalan.

Yang tidak kalah pentingnya, perhatikan kondisi tubuh kita. Berkendaralah jika tubuh memang fit untuk berkendara. Berhentilah untuk beristirahat di tengah perjalanan jika tubuh sudah menunjukkan gejala kelelahan atau mengantuk. Sebagaimana kendaraan kita, tubuh juga memiliki hak untuk beristirahat. Jagalah shalat dan jangan tinggalkan doa. Saat shalat, kita memberikan kesempatan bagi syaraf dan otot tubuh untuk kembali rileks. Doa juga terbukti ampuh untuk mendinginkan pikiran yang tegang.
Doa Rasulullah SAW sebelum melakukan perjalanan:
Allaahumma innii as'aluka fi safarii hadzaa minal birri wat-taqwaa, wa minal amali wa tardhaa. Allaahumma hawwin alainaal masiira wathwi annaa bu'dal ardhi. Allaahumma antash-shaahibu fis-safar wal khaliifatu fil ahli. Allaahummash-habnaa fi safarinaa wahlufnaa fi ahlinaa.
Yaa Allah. Sesungguhnya kami memohon kepadamu kebaikan dan ketakwaan dalam perjalanan ini, dan dari segala perilakuku di bawah keridhaan-Mu. Yaa Allah, tuntunlah dan mudahkanlah perjalanan kami ini, dan singkatkanlah perjalanan kami yang jauh. Yaa Allah, Engkaulah pemilik perjalanan kami, dan penguasa di bumi ini. Yaa Allah, aku memohon perlindungan-Mu dari bencana dan kesusahan perjalanan, dan dari pandangan yang tercela, serta dari segala bencana dalam keluargaku.
Mudik adalah tentang sebuah budaya mulia, niat sederhana untuk kembali kepada "jati diri" asli kita. Selamat mudik. Semoga selamat sampai tujuan, dan semoga Allah selalu melindungi kita. Amin.

July 03, 2011

Dampak Buruk Narkoba dan Minuman Keras Bagi Kecerdasan Remaja

Dampak Buruk Narkoba dan Minuman Keras Bagi Kecerdasan RemajaAda kabar yang pasti tidak menyenangkan bagi para pengguna narkoba, khususnya Marijuana atau ganja, dan miras. Sebuah studi yang dilakukan The University of New Mexico School of Medicine baru-baru ini menemukan bahwa minuman keras dan Narkoba dapat membawa dampak buruk terhadap kecerdasan dan kesehatan mental remaja. Studi tersebut membandingkan kemampuan mental remaja pengguna narkoba serta pecandu minuman keras, dengan kemampuan mental remaja yang bebas dari narkoba. Secara keseluruhan, penelitian ini semakin membuktikan bahwa Narkoba dan miras sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi kecerdasan dan kesehatan mental generasi muda.

Dalam penelitian yang hasilnya dilaporkan dalam the Alcoholism: Clinical and Experimental Research tersebut, sebanyak 48 remaja belasan tahun dibagi ke dalam tiga kelompok yang terdiri dari remaja pengguna narkoba dan miras, remaja bebas narkoba, serta remaja non-pengguna tapi memiliki orang tua pecandu alkohol. Penelitian itu menemukan bahwa semakin banyak minuman keras yang dikonsumsi seorang ABG, semakin buruk hasil ujian yang diperolehnya. Remaja belasan tahun yang mengkonsumsi miras mendapat hasil buruk dalam tes kemampuan kognitif. Penelitian dampak narkoba tersebut juga menemukan bahwa Narkoba berdampak buruk terhadap kemampuan memori atau daya ingat.

Remaja ABG yang mengkonsumsi narkoba maupun miras memiliki masalah atau kelemahan dalam kemampuan memperhatikan, mengingat, dan memproses informasi secara cepat. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa minuman keras bagi remaja dapat menurunkan kemampuan fungsi eksekutif, atau kemampuan kognitif, dan dapat menurunkan kemampuan remaja dalam memfokuskan perhatian dalam waktu relatif lama.
Dampak Buruk Narkoba dan Minuman Keras Bagi Kecerdasan RemajaBahwa kemerdekaan itu ialah hak setiap anak bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan Narkoba harus dihapuskan karena hanya akan menyengsarakan dan merusak masa depan"Professor Robert Thoma dari University of New Mexico School of Medicine menyatakan, “Kekhawatiran kita adalah jika anak-anak mulai mengkonsumsi minuman keras pada usia dini, maka dampaknya bisa terasa sepanjang hidup mereka. Data-data yang kami peroleh semakin membenarkan anggapan itu."

Naah, jika kalian termasuk seorang remaja pemakai narkoba dan minuman keras, berhentilah sebelum terlambat. Atau jika ada teman anda atau seseorang yang anda ketahui memakai narkoba dan miras, ajak dan nasehati mereka untuk berhenti. Ingat, Indonesia membutuhkan generasi muda yang sehat jiwa raga, dengan kemampuan intelektual yang relatif tinggi. Apa yang bisa diharapkan untuk membangun negeri tercinta ini, jika generasi muda Indonesia memiliki kemampuan berpikir hanya setara Pentium 1 atau 2 akibat kecanduan narkoba? Mari bersama-sama perangi narkoba. Say No to Drugs!

"Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu." (Al-Maa'idah: 91)

June 16, 2011

Tari Tepuk - A New Dance for Kids in Preschools & Kindergartens

Many people may not have heard about Tari Tepuk or Clap Dance for kids. The dance, which is specially intended to be performed by kids in preschools and kindergartens, was created in March 2009. However, most kindergartens and preschools in Probolinggo have introduced and taught this dance to their students.

Having simple moves and approximately 5-8 minutes' duration, the dance can be easily performed by kids aged about 5 years. As the name suggests, Tari Tepuk mainly consists of hand-claps, which is one of the most frequent and the most preferred activities among kids. This dance was created to help TK (Kindergartens) and RA (Preschools) train and develop children's motor skills, both gross and fine motor skills. The creators believe that this dance can help balance children's right and left brain abilities.

Tari Tepuk was introduced for the first time in public during the celebration of National Kids' Day in Kraksaan park (Alun-alun Kraksaan), Probolinggo, on Monday 15 June 2009. There were as many as 783 kindergarten and preschool children from Probolinggo regency performing the new dance.

Sugeng Suprisayoga from Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, who is also one of the creators of Tari Tepuk, stated that Tari Tepuk was born in March 2009 from the brilliant ideas of Probolinggo artists and Bina Tari Bayu Kencana Kota Probolinggo led by Peny Priyono.

For the background music, Tari Tepuk uses traditional musical instruments which are very popular in Probolinggo such as hadrah, glipang and the gamelans. There is no specific costume associated with Tari Tepuk, allowing a wide area of creativity in designing the dancers' costumes for schools to explore.

The above video was taken during the farewell party in PAUD (preschool) Tunas Mulia, Perum Probolinggo Indah/Asabri, Probolinggo yesterday (Wednesday, 15 June 2011).  In the video, my beloved 4.5-year-old daughter, Jauzaa Alya Neuvarialda, who will be entering kindergarten soon, was dancing in the front row. She is the tallest and, I think, the most active of the four young dancers. In my opinion, she's probably the most beautiful.

May 11, 2011

NKRI Sesat? Pancasila Thaghut?

Demokrasi Pancasila, Pancasila sebagai Dasar Negara, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sesuai dan selaras dengan Islam dan tidak bertentangan dengan syariat Islam"Pancasila adalah Thaghut. Menyatakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah musyrik, benar-benar musyrik yang nyata!!! Jika seorang Muslim Indonesia mengakuinya, janganlah sebut dirinya lagi sebagai orang Islam lagi, karena jika ia menyatakannya dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, maka jelas akan mengeluarkannya dari aqidah Islam."

Begitulah bunyi paragraf terakhir yang saya kutip dari sebuah website anti-Pancasila, anti-NKRI. Astaghfirullah .... Sudah seperti inikah anggapan dan penilaian sebagian umat Islam di negeri ini? Apakah mereka tidak mempelajari sejarah bangsa sehingga mereka tidak tahu bahwa sebagian besar pencetus kelahiran Republik Indonesia serta dasar negara adalah para ulama? Atau, apakah mereka juga beranggapan bahwa para ulama Bapak pendiri negara adalah golongan kaum musyrikin juga?

Ada baiknya, mari kita pahami definisi dari 'dasar negara' serta 'thaghut'. Dasar Negara adalah fundamen yang kokoh dan kuat serta bersumber dari pandangan hidup atau falsafah (cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Indonesia) yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan 'Thaghut' adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada setiap yang disembah selain Allah yang rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh penyembah atau pengikutnya, atau rela dengan ketaatan orang yang menaatinya dalam melawan perintah Allah.

Sudah jelas bahwa Pancasila sudah merupakan dasar yang kokoh dan kuat, yang bersumber dari pandangan hidup atau falsafah yang merupakan cerminan dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan Indonesia. Pancasila juga bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, dari Sabang sampai Merauke. Sekarang, pertanyaannya adalah "Apakah Pancasila adalah sesuatu yang kita sembah-sembah dalam beribadah?" atau "Apakah Pancasila mengajak kita untuk melawan perintah Allah?"

Dari 45 Butir-butir Pancasila, tidak ada satupun yang bertentangan dengan ajaran Islam serta teladan akhlak Rasulullah SAW. Bahkan keindahan ahlak Rasulullah Muhammad SAW seolah tercermin di sana. Jika masih terdapat penyimpangan dalam berbagai sendi kehidupan bernegara, maka bukan dasar negara yang harus diganti, melainkan implementasi nilai-nilai Pancasila itulah yang harus diperhatikan. Pelanggaran atau penyimpangan dalam pemerintahan terjadi jika oknum pemerintah tidak memiliki sifat amanah serta melupakan nilai-nilai agama serta Pancasila dalam melaksanakan tugasnya. Lantas, kenapa ada yang mengatakan bahwa Pancasila adalah thaghut? Heran .... Sama herannya ketika misal, ada seorang Muslim bergelar Haji melakukan kemaksiatan, lantas orang sekitar ramai-ramai menyalahkan agama Islam atau ibadah haji. Lucu bukan?

Tentang gerakan anti-Pancasila yang mengatas-namakan Islam, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Asad Said Ali, mengatakan, bentuk dakwah yang harus diwaspadai dan dipantau adalah yang anti-Pancasila. ''Kalau dakwah yang mengajarkan terorisme, apakah itu tidak anti-Pancasila?" ujar Asad di sela bedah buku 'Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan Berbangsa'.

Banyak para ulama di seluruh Indonesia yang mengajak seluruh umat Islam menolak ajaran atau aliran yang hendak mengganti dasar negara Pancasila dan UUD 1945 serta meminta aparat penegak hukum mengambil tindakan tegas terhdap kelompok atau aliran yang mengajarkan tindakan kekerasan yang mengatasnamakan jihad dalam membela agama Islam.

Para penentang NKRI dan Pancasila secara umum tidak menyetujui Pancasila sebagai dasar negara karena mereka menganggapnya sebagai kesyirikan. Mereka berpendapat bahwa NKRI seharusnya berbentuk negara "khilafah". Tentang khilafah, berikut saya kutip point-point penting fatwa Mufti Mesir Syeikh Ali Jum'ah:
  1. Sejarah Khilafah Islamiyah membuktikan bahwa Khilafah bukanlah bentuk paten, dalam artian terbuka ruang ijtihad di sana. Misalnya Sayyidina Umarlah yang pertama kali membuat sistem Dawawin (semacam lembaga yudikatif negara); Khilafah Umawiyahlah yang pertama kali mencetak mata uang resmi negara, pengaturan sistem pertahanan dalam negeri , memisahkan sistem qadla' dan sistem politik dari pertahanan.
  2. Islam menjamin hak-hak politik misalnya : pemilihan pemimpin negara dengan rela, yakni yang disebut sebagai bai'at dalam turats klasik; partisipasi semua warga negara yakni yang disebut sebagai syura, pengangkatan jabatan politik di pemerintahan dan organisasi negara; amar ma'ruf nahi munkar.
  3. Islam memandang arti dari sebuah sistem bukan simbolnya.
  4. Demokrasi adalah inti dari Islam (min shamim al-islam). Islam mengaspirasi suara rakyat untuk memilih pemimpin negara yang disukai
  5. Rasulullah sempat mengamalkan sistem pertahanan bangsa Persia dalam perang Khandaq, penggunaan cap resmi dalam surat menyurat seperti kebiasaan raja-raja, Sayyidina Umar meniru sistem pajak negara.
  6. Tak ada pertentangan antara hukum Allah dan hukum manusia karena ijtihad manusia dalam hal yang tak dinash sama sekali tak dilarang.
  7. Penggunaan kata-kata Demokrasi tidak dilarang dalam Islam karena Islam memandang substansi bukan simbol.
  8. Demokrasi harus terus diperbaiki sistemnya sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat dan diselaraskan dengan Islam.
  9. Demokrasi yang tak melanggar nilai-nilai paten agama adalah inti dari Islam.
  10. Haram mengatakan bahwa demokrasi adalah sistem kafir dan thaghut karena demokrasi sesuai dengan Islam
Dengan demikian Demokrasi Pancasila, Pancasila sebagai Dasar Negara, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia telah selaras dengan syariat Islam. Pancasila bukanlah berhala yang kita sembah, bukanlah Thaghut yang mengajarkan kesesatan kepada kita. Pancasila adalah dasar dan sumber hukum yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. NKRI bukanlah negara sesat, bukan negara Thaghut, karena nilai-nilai agama, terutama Islam, masih menjadi pegangan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Kebebasan beribadah pun dilindungi oleh pemerintah. So, ... Pancasila TIDAK PERLU diganti. NKRI Harga Mati!

Semoga tulisan saya yang semata-mata bertujuan untuk mempertahankan negara yang saya cintai ini merupakan suatu bentuk ibadah di sisi Allah. Dan semoga Allah menerima dan meridhai semua amal ibadah kita, sehingga kita tidak tergolong hamba-hambaNya yang kafir. Amin.
Setiap orang yang mengkafirkan seorang Muslimin, maka dia yang kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang artinya : “Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka sesungguhnya salah seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang kafir”.

Updated November 11, 2011.

May 05, 2011

Utamakan Pandangan Allah

Pada suatu pagi kira-kira di tahun 2007, seperti biasa mentari bersinar cerah menyapa rerimbunan daun pepohonan yang terdiam lesu dalam dinginnya pagi. Kicau burung terdengar ramai, terbawa oleh semilir angin pagi yang lembut, membuat suasana pagi terasa lebih sejuk dan alami. Begitu indah pagi ini, pikirku seraya melangkahkan kaki meninggalkan mesjid tempat aku biasa menunaikan shalat dhuha pada jam istirahat pertama.

Sudah menjadi kebiasaanku waktu itu, aku segera menuju kantin di halaman depan mesjid untuk sekedar menghabiskan 1 batang rokok ditemani segelas kopi panas, sambil menghabiskan waktu istirahat. Tak ingin kehilangan banyak waktu sebelum waktu istirahat habis, aku melangkah dengan sedikit bergegas di antara rombongan murid yang berlalu-lalang.

Di kantin, sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal dengan seorang sahabat, aku memperhatikan berbagai macam orang yang berada di halaman mesjid, mulai dari murid-murid PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga bapak dan ibu-ibu yang ingin menjemput atau menemui anaknya yang sedang menuntut ilmu di kompleks sekolah tempat aku mengajar. Kebanyakan dari siswa-siswi sedang membeli jajanan pengisi perut setelah menunaikan shalat dhuha.

Di depan kantin, aku melihat seorang wanita muda sedang berdiri sambil sesekali melihat ke sekeliling. Dia tampak gelisah, mungkin sedang menunggu seseorang. Sesekali dia tampak sibuk dengan telpon genggamnya. Rambutnya yang sebagian dicat agak pirang tampak berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Pakaian yang cukup modis ketat membalut tubuhnya, menampakkan hampir seluruh lekuk tubuhnya yang langsing dan tampak terawat kepada setiap mata yang memandang. Tak lama kemudian, dia melangkah pergi entah ke mana.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita berjilbab tampak berjalan di antara kerumunan orang. Sebelah tangannya mendekap sejumlah buku ke dadanya. Dari penampilannya, aku menduga bahwa dia kemungkinan besar adalah seorang pengajar di TPQ masjid. Dan yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang adalah, wanita itu memiliki kelainan fisik. Astaghfirullahaladzim .... Kakinya amat pendek, terlalu pendek bagi ukuran wanita seusianya, sehingga tinggi tubuhnya tidak lebih dari pinggang orang dewasa. Namun, kedamaian tampak jelas terpancar dari wajahnya. Kedamaian yang insya Allah bersumber dari keikhlasannya menerima takdir Allah serta dari keyakinannya untuk bisa membawa manfaat bagi orang lain. Dan saya kagum kepadanya.

Saudara-saudaraku, mari kita renungkan kedua perbandingan di atas. Saya tidak mau ber-suudzon terhadap wanita yang pertama. Namun jelas, apapun yang dia lakukan, kesempurnaan kondisi fisik tetap saja tidak mampu melepaskan dirinya dari kegelisahan dan kerisauan jiwa. Entah apa yang dicarinya dan apa tujuannya dalam hidup. Isyarat yang dengan jelas dapat saya tangkap adalah bahwa kecantikan belum menjadi jaminan atas kebahagiaan.

Marilah kita mengambil hikmah dari gambaran wanita yang kedua. Dia tampak ikhlas dan tabah menerima kekurangan fisiknya. Dia tidak malu dan minder karena kakinya yang pendek yang membuatnya tampak lucu jika berjalan. Dia tidak peduli dengan cibiran dan perkataan orang. Seolah dia meyakini bahwa pandangan Allah-lah yang paling utama. Sehingga dia tidak mengurung diri karena cacat fisiknya. Sebaliknya, dia bersemangat untuk bisa berbuat dan berbuat agar bisa bermanfaat bagi orang lain.

Subhanallah, baru saja Allah memberikan kepada kita satu hikmah lagi untuk kita pelajari. Bisa jadi, Allah memberikan kita berbagai macam keterbatasan di dunia, seperti cacat dan kekurangan fisik atau materi, karena Allah terlalu mencintai kita. Allah sayang kepada kita dan Dia ingin menghindarkan kita dari banyak perbuatan dosa di dunia, untuk digantinya dengan kenikmatan surgawi yang kekal dan tak terbatas nanti di akhirat.

Jika kita renungkan, betapa banyak perbuatan dosa berawal dari pandangan mata terhadap indahnya dunia dan makhlukNya. Betapa banyak pula langkah kaki yang tergelincir oleh silaunya gemerlap dunia. Banyak pria maupun wanita harus bermandi dosa hanya karena mereka dikaruniai kesempurnaan fisik yang membuat lawan jenisnya jatuh dalam nafsu birahi yang jauh dari ridha Allah. Banyak juga orang-orang yang tertipu oleh kemilau harta dunia hingga melupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Sebaliknya, betapa sedikitnya dosa-dosa orang-orang buta, para tuna netra yang harus hidup di dunia dengan menggunakan mata batin, bukan mata kepala. Mereka yang kita anggap orang-orang malang di dunia, bisa jadi lebih beruntung di hadapan Allah daripada kita yang sangat sulit menjaga pandangan mata kita.

Karena itu saudara-saudaraku, marilah kita belajar melihat segala sesuatu dari mata Allah. Utamakanlah pandangan Allah, bukan pandangan manusia. Sehingga, dalam menilai sesuatu, kita juga mempertimbangkan bagaimana Allah menilai hal tersebut. Allah telah mengajarkan kepada kita:
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (Q.S. 2:212)
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. 3:14)
Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (Q.S. 15:88)
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. 24:30-31)
Manusia dengan sifat lupa dan tidak-puasnya memang merupakan tempat berbagai macam perbuatan khilaf. Mata kita terlalu terbatas kemampuannya untuk menilai, dan seringkali masih terpengaruh oleh orang-orang atau keadaan di sekitar kita. Otak kita pun masih seringkali tercemari oleh berbagai macam kepentingan duniawi. Padahal, yang indah di mata kita tidaklah selalu baik di mata Allah. Begitu pula sebaliknya, yang baik bagi kita di mata Allah tidak selalu indah di mata manusia. Allah bekerja dengan tangan-tanganNya yang kadang jauh dari logika manusiawi kita. Dialah Pemilik rahasia dibalik semua rahasia. Wallahua'lam bissawab.

April 17, 2011

"Indonesia Raya" Versi Tiga Stanza Lebih Menggugah?

Lagu kebangsaan Indonesia Raya Versi Tiga Stanza
S
uatu pagi, saat iseng mendengarkan MP3 Indonesia Raya 3 Stanza, saya merasa tertarik saat mengetahui lagu kebangsaan kita ini ternyata memiliki versi lain yaitu 3 stanza yang lebih lengkap. Selain Stanza 1 seperti yang kita kenal sekarang, masih ada dua (2) Stanza lagi. Berikut ini Lirik modern Indonesia Raya hasil Google Search dari http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya

INDONESIA RAYA

I. Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.

II. Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanya.

Indonesia, tanah pusaka,
P'saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.

III. Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N'jaga ibu sejati.

Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.

S'lamatlah rakyatnya,
S'lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg'rinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.

(Refrain:)
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.


Kita bisa melihat bahwa Stanza pertama bernafaskan persatuan, stanza kedua bernafaskan rasa syukur kepada Tuhan YME dan ketiga janji untuk menjaga Indonesia tetap abadi. Menurut saya pribadi, Stanza 2 dan 3 memiliki makna yang lebih menekankan pada pembangunan akhlak dan budi pekerti, serta jauh lebih menyentuh daripada Stanza 1 yang selalu kita nyanyikan selama ini. Ada beberapa potong kalimat atau bait yang menurut saya teramat sayang untuk dilupakan begitu saja. Misal, pada Stanza 2.
"Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanya."
Bait ini mengingatkan kita bahwa negara kita adalah negara yang kaya. Adalah suatu ironi jika sampai sekarang sebagian besar rakyat kita masih hidup di bawah garis kemiskinan, dan sebagian lagi harus mengais rejeki hingga ke negri orang. Saya bertanya-tanya, jika selalu kita nyanyikan sampai sekarang, mampukah bait tersebut menggugah semangat kita untuk berjuang dengan lebih keras demi menghapus kemiskinan di negeri kita yang tercinta ini, tanpa harus lari ke negeri orang hanya untuk mencari sesuap nasi?

Masih di Stanza 2:
"Indonesia, tanah pusaka,
P'saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia."
Bait ini mengingatkan kita bahwa tanah-air kita adalah pusaka bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan milik sebagian kalangan tertentu saja. Kekayaan alam harus diolah sebagai "pusaka" bagi seluruh rakyat, bukan untuk dimanipulasi para pejabat demi kantong dan perut sendiri. Bait ini juga mengingatkan kita sebagai umat beragama untuk selalu berdoa kepada Allah SWT. Lagi-lagi saya bertanya-tanya dan berandai-andai. Andai selalu kita nyanyikan, mungkinkah bait di atas menyadarkan para pejabat kita agar bersikap amanah dalam mengelola kekayaan negara demi kesejahteraan rakyat? Di satu sisi, rakyat sebagai umat beragama juga menjadi lebih santun dan arif ketika menghadapi suatu masalah dan menghindari cara-cara anarki seperti yang selama ini sering kita lihat dalam berbagai unjuk rasa.

Resapi juga lirik bait ketiga:
"... Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya."
Lirik di atas sangat pas dengan kondisi bangsa kita selama ini. Meski akhir-akhir ini pengintegrasian budi pekerti dalam kurikulum pembelajaran di sekolah semakin berkembang, betapa seringnya kita meninggalkan budi-pekerti dari perilaku kehidupan sehari-hari? Saya jadi teringat betapa banyak kasus, mulai dari kejahatan perbankan tingkat tinggi, perpajakan, hingga pungli di terminal dan jalanan yang sebenarnya berawal dari hilangnya kesadaran diri sebagai mahluk Allah SWT, serta semakin punahnya budi pekerti dalam perilaku keseharian kita. Kenyamanan dan kemewahan hingga tuntutan kehidupan modern rupanya telah benar-benar membutakan kita, sehingga kita lupa ke mana kita akan berpulang nanti. Dan ... lagi-lagi saya berandai-andai, andai kita selalu menyanyikan bait di atas, mampukah sepotong bait itu menggugah kesadaran kita sebagai manusia beragama yang selalu mengedepankan etika dan budi pekerti dalam berperilaku?

Bait ketiga dalam Stanza 3:
"S'lamatlah rakyatnya,
S'lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya, ...."
Kalimat tersebut adalah doa tulus yang terpanjat demi keselamatan rakyat Indonesia, pulau-pulau serta laut dan kekayaan alam Indonesia dari segala ancaman dan marabahaya. Betapa banyak bencana, mulai dari lumpur Lapindo hingga banjir bandang yang berawal dari kelalaian dan keserakahan kita dalam mengelola sumber daya alam? Ratusan hektar hutan telah habis digunduli oleh para mafia kayu, yang tingkat kerakusannya jauh melebihi binatang bernama rayap yang paling rakus sekalipun. Ratusan rumah juga telah tenggelam di dasar danau lumpur yang berawal dari kelalaian pengelola bisnis yang ingin menekan biaya instalasi tanpa memikirkan dampak bagi lingkungan sekitar. Juga karena kelalaian kita, pulau Sipadan dan Ligitan terlepas dari pangkuan ibu pertiwi. Dan sekali lagi dan lagi ... saya berandai-andai, andai saja kita selalu menyanyikan Stanza 3, akan "lebih" selamatkah rakyat dan negara kita?

Dalam teori motivasi, kita mengenal adanya The Power of Repetition, yaitu sesuatu hal yang diucapkan berulang-ulang sebagai affirmatif atau penguatan bagi dirinya dan diharapkan menjadi drive untuk mencapai suatu sasaran, seperti yang dilakukan perusahaan-perusahaan di Jepang pada umumnya untuk meningkatkan kinerja. Bukankah lagu kebangsaan Indonesia Raya yang kita nyanyikan berulang-ulang hampir di setiap upacara seharusnya bisa menjadi pendorong untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti bangsa kita?

August 19, 2010

Wawasan Kebangsaan Sebagai Solusi Krisis Nasional

Wawasan Kebangsaan Sebagai Solusi Krisis Nasional
D
i "Nasionalisme Setelah 65 Tahun Indonesia Merdeka", kita sudah melihat adanya fenomena merosotnya semangat nasionalisme di tengah krisis multi-dimensi yang tengah melanda masyarakat kita akhir-akhir ini. Kita setidaknya bisa menyimpulkan bahwa salah satu penyebab penurunan kualitas dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah melemahnya konsep wawasan kebangsaan dalam berbagai aspek kehidupan modern sekarang ini. Dengan demikian, konsep wawasan kebangsaan yang terwujud dalam implementasi nilai-nilai dasar wawasan kebangsaan diharapkan akan dapat menjadi solusi bagi kita untuk bangkit dari keterpurukan nasional akibat krisis multi-dimensi tersebut.
1. Konsep Wawasan Kebangsaan
Konsep wawasan kebangsaan sebenarnya telah tercetus pada waktu diikrarkannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai tekad perjuangan bangsa yang merupakan konvensi nasional tentang pernyataan eksistensi bangsa Indonesia yaitu: satu nusa, satu bangsa, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Wawasan Kebangsaan adalah suatu wawasan yang mementingkan kesepakatan, kesejahteraan, kelemahan, dan keamanan bangsa sebagai titik tolak dalam berfalsafah berencana dan bertindak. (Parangtopo, 1993)
Sebagai suatu cara pandang, wawasan kebangsaan menentukan cara suatu bangsa mendayagunakan kondisi geografis negaranya, sejarah, sosial budaya, ekonomi, dan politik serta pertahanan dan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasionalnya. Wawasan ini juga menentukan bagaimana bangsa itu menempatkan dirinya dalam tata cara berinteraksi dengan sesama bangsanya serta dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia internasional.

Dalam wawasan kebangsaan, terkandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Selain itu, wawasan kebangsaan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan mendatang serta berbagai potensi yang dimiliki bangsa.

Nilai wawasan kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki 6 (enam) dimensi manusia yang bersifat basic dan fundamental, yaitu;
  1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang MahaKuasa,
  2. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan bersatu,
  3. Cinta tanah air dan bangsa,
  4. Demokrasi atau kedaulatan rakyat,
  5. Kesetiakawanan sosial,
  6. Masyarakat adil dan makmur.
2. Pentingnya Penerapan Nilai-Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
Apabila kita menelaah kembali satu-persatu masalah yang telah dan sedang terjadi di negara kita akhir-akhir ini, kita akan dapat melihat dengan jelas pentingnya pemahaman konsep dan penerapan nilai-nilai wawasan kebangsaan di negara kita.

Sebagai contoh, maraknya kemaksiatan di tengah masyarakat serta korupsi dan manipulasi dikalangan pejabat terjadi karena menurunnya moral keagamaan bangsa kita. Meskipun negara kita adalah negara dengan jumlah pemeluk agama Islam yang tertinggi di dunia, nilai-nilai keTuhanan masih berupa ritual yang dipahami sebatas simbol dan belum menjiwai perilaku keseharian masyarakat maupun para petinggi negara kita.

Contoh-contoh nyata lainnya adalah lepasnya Timor-Timur dari pangkuan Republik Indonesia, insiden-insiden bernuansa makar yang terjadi di Papua, Aceh, dan Maluku, kerusuhan etnis di Sampit dan Ambon, serta terorisme yang sedang menghangat akhir-akhir ini. Bagaimana mungkin seorang anak bangsa mau melakukan pemboman di negeri sendiri dan mengorbankan saudara sebangsa, jika mereka memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi? Yang juga mengherankan adalah munculnya golongan-golongan radikal yang tidak lagi menghormati Pancasila sebagai dasar negara dan sang Merah Putih sebagai bendera nasional, padahal di satu sisi, kepentingan dan keselamatan mereka dijaga dan dihormati oleh negara. Inilah akibat dari hilangnya tekad kebersamaan sebagai suatu bangsa dan rasa cinta tanah air sehingga kepentingan golongan menjadi suatu hal yang harus diperjuangkan di atas kepentingan negara dan masyarakat.

Pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat yang membawa kerusakan terhadap kehidupan demokrasi juga merupakan hal yang biasa terjadi saat Pemilihan Umum berlangsung. Kesetiakawanan sosial juga telah semakin luntur. Masyarakat yang adil dan makmur masih belum terwujud ditandai dengan masih tingginya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
3. Aspek Penting Dalam Penerapan Wawasan Kebangsaan
Untuk mengatasi dan mencegah semua masalah tersebut di atas, penanaman dan penguatan konsep yang diwujudkan dengan penerapan nilai-nilai dasar wawasan kebangsaan menjadi agenda yang harus segara dilakukan jika kita ingin menyelamatkan bangsa dan negara kita. Dalam menerapkan konsep wawasan kebangsaan, Seminar Pendidikan Wawasan Kebangsaan (1993) mengemukakan perlunya 2 (dua) aspek sebagai berikut:
  1. Aspek Moral, mensyaratkan adanya perjanjian diri (commitment) pada seseorang atau masyarakat untuk turut bekerja bagi kelanjutan eksistensi bangsa dan bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa.
  2. Aspek Intelektual, menghendaki pengetahuan yang memadai mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa serta potensi-potensi yang dimiliki bangsa.
Konsep tanpa adanya komitmen untuk bertindak ibarat mimpi di siang bolong. Karena itu, harus ada suatu gerakan moral berskala nasional, entah apapun namanya, resmi maupun tidak resmi, sebagai suatu statemen nasional untuk bersama-sama mendukung serta menerapkan nilai-nilai wawasan kebangsaan. Media-massa sebagai penyalur informasi memegang peranan penting dalam hal ini dan harus memiliki komitmen tinggi terhadap pemulihan semangat nasionalisme. Kebebasan pers harus dimaknai secara bertanggung-jawab, sehingga konsep wawasan kebangsaan selalu tersosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Hal yang terasa sepele namun cukup bermakna misalnya adalah penayangan film-film dokumenter tentang perjuangan bangsa, serta pemutaran lagu-lagu nasional di televisi pada jam-jam yang cukup efektif untuk membentuk karakter dan kesadaran masyarakat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Komitmen yang bersungguh-sungguh dari segenap lapisan dan komponen bangsa secara langsung maupun tidak langsung akan menggugah semangat dan intelektualitas bangsa sehingga mereka selalu waspada dan siap menghadapi tantangan-tantangan era modern dengan segenap potensi yang ada. Pada gilirannya, penerapan konsep wawasan kebangsaan yang baik akan dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya sebagai obyek dan sekaligus subyek usaha pembangunan nasional menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Amin.

Referensi:
  • "Pendidikan Wawasan Kebangsaan", Tantangan dan Dinamika Perjuangan Kaum Cendekiawan Indonesia, Lembaga Pengkajian Strategi dan Pembangunan & PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta, 1994.
  • Dimensi Rohani dan Wawasan Kebangsaan Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bintoro Tjokroamidjojo, 1996.
  • Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, Drs. Idup Suhady, M.Si dan Drs. A.M. Sinaga, M.Si, 2006.